brownies giveaway
“guyss jangan pulang dulu, tunggu bentar” Bianca menyuruh temannya untuk menunggu sedangkan ia berlari ke srah mobilnya di parkiran sekolah.
“hah ngapain emang? mau main?” tanya Rachel kebingungan.
“bentaar”
Sesampainya di mobil, Mas Adit sopir keluarga Bianca memberikan beberapa kantong titipannya, “ini non, sudah dipanasin sama mbak Ita kaya pesenannya non tadi”
“oke mas, makasih ya. Tunggu bentar ya mas” jawab Bianca lalu kembali ke dalam lobby sekolah.
“nih, nepatin janji gue kemarin” Bianca membagikan paperbag kecil satu persatu kepada teman temannya.
“AAAAA BROWNIES KESUKAAN GUE” seru Jeje kegirangan setelah membuka bungkusan dari Bianca.
“ntar pulang tinggal paperbagnya doang sih ini ca, thankyou babii” ujar Rachel ikut senang.
“diabisin yes, gue bikin kemaren malem itu jadi masih freeeshhh”
“lo bikin 2 hari lalu juga masih enak ya anjir, makanan lo nggak pernah ngga enak” sahut Sherra lalu mencomot sedikit brownies miliknya.
“eh Reynand sama temen temennya pada kemana?” tanya Bianca melihat sekelilingnya.
Jeje menoleh kanan kiri, “noh, lagi jalan. Udah kek most wantednya sekolah aja anjir”
“not gonna lie, emang tiga tiganya lumayan terkenal sih di sekolah menurut gue” Rachel menoleh sekilas ke arah ketiga teman cowoknya itu.
“iya juga, secara Reynand kapten tim basket, Bintang tiktoker terus anak band, Alex?” Jeje ikut berpedapat.
“ganteng?”
“whoopsie, jujur banget neng” goda Bianca mendengar Rachel.
“kiw, bau bau cinlok beneran” sahut Sherra sambil mengunyah browniesnya.
“nggak nggak gue gasuka, tapi emang sianjing satu itu ganteng sih”
“WASSAPPP PEOPLEEEE” teriak Alex menghampiri mereka berempat.
“kata Rachel lo gant—”
“kata gue sih lo diem aja ya Sherra”
“eh, ini buat lo bertiga, dimakan ya awas lo” Bianca memotong pembicaraan Rachel dengan memberikan brownies buatannya kepada Alex, Reynand dan Bintang.
“yatuhan pas banget gue lagi laper, thankyou ca” ujar Alex kegirangan.
“thankyou cacaa, ntar kalo gue bisa bikin gue kasih lo juga. Tapi gatau kapan hehe” sahut Reynand tertawa kecil.
“lo makan doang sih Rey, ngga mungkin masak masakan” jawab Bianca tersenyum pada teman bangku depannya itu.
“ENAK BANGET ANJIR!” seru Bintang sambil memakan browniesnya.
“buset kuping gue” protes Alex sambil menepuk pantat sahabatnya itu.
“lo daftar mastechef lolos gue yakin nih”
“ga dulu Bin, yaudah gue pulang dulu yaa udah ditungguin sopir” pamit Bianca lalu berjalan keluar lobby.
“hati hati cacaa” Reynand melambaikan tangannya.
“buset hati hati busetttt” sindir Alex senyum senyum penuh arti.
____________
Sesampainya di rumah, ternyata Arga sedang duduk di meja makan dengan laptopnya. Tumben sekali ia berada di rumah di jam segini, biasanya ia pulang larut malam atau keesokan harinya.
“ini kamu yang bikin?” tanya Arga begitu melihat anaknya masuk ke dalam rumah. Bianca terkejut melihat papanya berada di rumah.
“iya” jawabnya tapo tidak ada balasan dari Arga, Bianca akhirnya melanjutkan aktivitas mencopot sepatunya.
“papa makan satu tadi” Bianca dibuat speechless mendengar penuturan papanya itu, tidak biasanya ia memakan makanan bikinan anaknya. Malah lebih sering berakhir di tempat sampah, atau tidak disentuh sama sekali.
“enak pa?” tanya Bianca sedikit takut.
“ya” jawab Arga datar, “lumayan”
Senyum kecil terbentuk di bibir tipis anak bungsu nya itu. Jika tidak uring uringan, Arga tidak akan main fisik atau berteriak pada Bianca. Namun Arga jarang seperti ini sejak bercerai dengan istrinya, Vivian. Bianca mirip dengan mamanya, mulai dari wajah sampai kebiasaannya—salah satu alasan kenapa Arga benci dengan Bianca. Pria berumur 44 tahun itu sangat susah ditebak pikirannya.