gue gasuka liat lo nangis
Reynand membuka helmnya dan menoleh ke arah rumah besar di depannya.
“panggil nggak ya? ntar kalo gue dateng dia malah makin dimarahin gimana anjir?” gumamnya.
“duh anjing, kasian Caca”
Mbak Ita yang akan mengunci pintu garasi melihat Reynand disitu, “temennya non Caca ya?”
“nah mbak, tolong panggilin Caca ya bilang aja mau ngasih tugas” ujar Reynand agar Bianca bisa terhindar dari ayahnya yang kejam itu.
Nggak lama kemudian Bianca keluar dengan sedikit terburu buru. Wajahnya basah dan matanya sembab.
“Reynand” Bianca tersenyum seolah tidak terjadi apapun sebelumnya, namun lelaki didepannya itu tidak membalas senyumannya. Ia terlihat khawatir.
Reynand turun dari motornya, meraih tubuh Bianca kedalam pelukannya. Tangis Bianca langsung tumpah saat itu juga.
“nangis aja sampe lo puas ya Ca, gue tungguin”
Bianca menangis sampai terisak isak. Reynand sebenarnya ingin menanyakan apa yang barusaja terjadi sampai Bianca menelfonnya, namun jika situasinya seperti ini maka lebih baik menunggunya tenang dulu.
Reynand paling benci jika melihat perempuan menangis atau bersedih. Apalagi jika itu orang terdekatnya seperti Bianca sekarang. Meskipun ia tidak tau apa masalahnya, ia tau siapa yang menyebabkan Bianca seperti ini.
Ia juga sudah tau kenapa Bianca kaget saat tangannya akan diobati oleh Reynand waktu itu. Itu semua ulah Arga, yang sering bertindak kasar pada anaknya.
“udah lega?” tanya Reynand ketiga Bianca memundurkan badannya.
Bianca mengangguk dan tersenyum tipis, “jelek banget ya muka gue kalo abis nangis” Ia bercermin di kaca spion sepeda motor Reynand.
“paan si Ca, lo tetep cantik”
“gombal mulu, dasar buaya”
“buayanya ganteng kek gue gini, siapa yang ngga klepek klepek” jawab Reynand enteng.
“dih pede banget lo?”
“lah iya apa iyaa?” Reynand mulai menggoda Bianca.
“y gede” jawab Bianca.
“tapi kata Bintang, gue kadang mukanya mirip kodok”
“HAHAHA, KODOK?” Bianca tertawa mendengar perkataan Reynand.
“gatau anjir, anak setan emang” Reynand tersenyum memandang Bianca.
“btw, thankyou ya Reynand” Bianca berbalik memandang Reynand.
“iyee, lo tidur ya jangan begadang Caca” ujar Reynand, Bianca hanya mengangguk.
“bilang ke gue kalo ada apa apa, Gue pasti ada buat bantuin lo”
“tadi gue bener bener mentok Rey, gatau mau ngomong ke siapa lagi”
“awalnya gue mau telfon Rachel, Jeje kalau ngga Sherra, tapi yang tau masalah gue cuma lo”,
“iya, lo hubungin gue aja ya” Reynand tersenyum tulus pada Bianca di hadapannya.
“udah ngga boleh nangis, gue ngga suka liat lo nangis” Reynand mengusap air mata yang tersisa di pipi Bianca.