ketemu Satria

Bianca duduk di salah satu dari enam kursi meja makan. Ia membuka tutup saji, ada beberapa jenis makanan yang terhidanh di dalamnya.

“pake nasi non?” tawar Mbak Ita yang menuju dapur setelah melihat Bianca di meja makan.

“eh iya deh mbak, tapi dikit aja ya” Bianca menjawab dengan senyuman, “kok tumben mbak masaknya banyak banget?”

“iya katanya non Eva nanti bapak pulang, jadi kalo udah sampe bisa makan langsung”

Ekspresi wajah Bianca berubah datar. Ia harus menghadapi Arga lagi setelah kepergiannya selama dua minggu dari rumah. Meskipun hanya sebentar, tapi setidaknya Ia tidak harus berhadapan dengan papanya.

Tin!

“ini nasinya non, bentar saya bukain gerbang dulu” Mbak Ita memberikan piring milik Bianca.

“iya mbak makasih” 

Ia memakan udang asam manis dengan tidak nyaman. Badannya masih terasa tidak enak. Sementara itu seorang perempuan dengan pakaian kerja lengkap beserta tas jinjing bermerk ternama berjalan memasuki rumah. Ya benar, itu Eva. Wanita berumur dua puluh tujuh tahun itu menaruh tasnya di sofa dan tidak sengaja menoleh melihat Bianca yang sedang makan. Ia memutar matanya malas, “bokap lo bentar lagi nyampe rumah”

“iya, gue tadi udah dibilangin Mbak Ita” jawab Bianca acuh lalu melahap makanannya.

“nanti lo ngga usah aneh aneh ya, mas Arga capek” ujar Eva sambil melipat gagang kacamatanya, “lo ngga usah cari gara gara ke bokap lo kalo dia udah di rumah, ini gue udah baik ya sama lo daripada nanti lo dipukul”

Bianca menghentikan aktivitas mengunyahnya sebentar, “gue ngga pernah cari gara gara duluan ya ke papa, malah dia yang selalu ngeluapin emosinya ke gue”

“lo ngga tau apa apa Va, jangan sotoy” Ia lalu menaruh piringnya di pantry lalu ia berjalan keluar rumah. Berdebat dengan Eva terlalu membuang buang waktunya. Bianca memilih untuk melepas penatnya dengan jalan jalan.

harusnya gue ajak Reynand” batinnya didalam hati lalu ia merogoh saku sweatpantsnya, “lah iya hp gue ketinggalan di rumah lagi”

me time sekali sekali gapapa deh

Bianca akhirnya menuju ke minimarket di dekat rumahnya untuk membeli obat demam.


“totalnya 25.000 kak”

“oh iya” Bianca mengeluarkan uangnya.

Seorang pria yang berdiri mengantri dibelakangnya tiba tiba menyapa, “Bianca?”

“loh Sa, lo ngapain di sini?” Bianca kaget ada Satria di area rumahnya.

Mereka berdua duduk di meja depan setelah keduanya membayar barang masing masing. Lagi lagi hujan turun, Jakarta benar benar sudah memasuki musim hujan.

“apart lo bukannya ada sejenis point coffee gini ya, Sa?”

“iya, tapi tadi kebetulan gue abis dari rumahnya Reynand buat nganterin surat dari coach” jawab Satria, “yaudah deh gue mampir sini”

“lo sendiri?”

“oh gue beli obat doang sih” Bianca menunjuk kantong plastik berisi beberapa strip obat di meja.

“obat? buat?”

“buat gue sendiri hehehe, tadi gue pulang sekolah hujan hujanan sama Rachel Sherra Jeje terus sekarang badan gue yang meriang hahaha” Bianca tertawa pelan.

“and you don't bring a jacket or hoodie, or something like that?” tanya Satria, “padahal udah malem and sekarang malah hujan” Satria merubah posisi duduknya.

“eee tadi gue perginya langsung waktu selesai makan, jadi ya langsung nyelonong keluar gitu heheh”

Satria melepas jaket coklat muda yang ia kenakan, “nih pake aja punya gue”

“nooo, it's okay Sa” tolak Bianca dengan perasaan tidak enak.

“come on, lo yang lagi sakit” paksa Satria sambil tertawa. Bianca akhirnya menerimanya.

“Reynand bentar lagi udah pensiun basket ya Sa? lo juga kan ya?” Bianca membuka topik baru.

“iya bentar lagi ada pertandingan terakhir, terus serah terima jabatan sama kapten basket yang baru” Satria kemudian menyedot cappucinnonya, “he's been doing great so far”

“dia serius banget ya kalo udah basket, gue bangga liat Reynand bisa bikin tim sekolah dapet banyak penghargaan” Bianca tersenyum, “kalo elo gimana Sa? osis juga udah buka pendaftaran ya? band juga?”

“sibuk banget lo anjir” ujar Bianca setelah menyadari jika laki laki di depannya itu bergabung ke berbagai jenis organisasi.

“iya hahahaha, gue tugas osis terakhir tinggal wawancara sih, band juga ngga ada kegiatan lagi tapi ntar perform waktu kelulusan. Basket juga gue ntar ya bareng kaya Rey”

“waow keren, capek banget ya banyak kegiatan??”

“not really sih sebenernya, gue join banyak kegiayan di sekolah because i don't have anything to do at home tho jadi daripada gue diem doang di apart kan ya”

“wow cool! what about your breakfast? lunch? or dinner kalo tinggal sendirian? lo masak sendiri ya?” tanya Bianca antusias.

Satria tertawa keras, “dudeee i can't even cook telur ceplok”

“whaaat? so you just eat indomie every single day, or what?” Bianca ikut tertawa mendengar jawaban Satria.

“hell noo, gue gojek lah kalo engga ya makan di mall sama temen temen” Satria masih tertawa, “kadang pulang basket gue makan ayam geprek mang Didi sama Reynand juga”

“ih iya dia suka banget sama ayam geprek” ujar Bianca.


“eh hujannya udah berhenti deh”

“belom, itu masih gerimis” Satria memandangi lampu jalan, masih ada rintikan hujan.

“gue pulang sekarang aja ya Sa, takutnya ntar kemaleman lagi kalo nungguin reda”

“gue anterin yuk Bi, gue kebetulan bawa mobil”

“ngga usah deh, ntar lo puter balik lagi kalo ke rumah gue” tolak Bianca lalu bangkit berdiri, “gue pulang ya sa, byee”

“lo lagi sakit anjir” Satria ikut berdiri setelah melihat Bianca akan berjalan meninggalkan minimarket, “udah nggapapa, duluan ya Sa” Bianca berlari kecil pergi dari sana.

“get well soon Bianca!”