P.E class

“kaku banget badan gue dua minggu libur nggak olahraga” ujar Bintang sambil strecthing.

“lo sebelum libur juga nggak olahraga ya Bin, slepet sini” cibir Alex

“dih apanya anjir, gue ngikut Reynand boxing ya. Enak aja lo”

“lo cuma nemenin doang sama makan ya monyet” jawab Reynand sambil melipat lengan kaos olahraganya.

Jam olahraga baru saja tiba. Seluruh siswa  berkumpul di lapangan untuk absen dengan Pak Adit. Mereka hari ini akan belajar tentang tata cara lomba lari. Rachel yang tingkah lakunya sedikit tomboy itu mengajukan diri untuk mencobanya terlebih dahulu.

“pak saya mau nyobain juga boleh?” Alex ikut mengangkat tangannya.

“bisa lo lawan gue?” tanya Rachel dengan wajah yang menantang teman disebelahnya itu.

“easy peasy lemon squishy” jawab Alex dengan pedenya.

“pak saya juga mau nyobain!” kali ini Bintang yang mengacungkan tangannya dan disetujui juga oleh Pak Adit.

Mereka bertiga mencoba urutan untuk berlomba dan siswa lainnya mencoba secara bergiliran.

Nggak lama, giliran Reynand, Sherra dan Bianca. Bianca tidak terlalu yakin ia bisa, she's sucks at sport.

“prittt” peluit ditiup dan ketiganya mulai berlari. Meskipun bukan lomba beneran tapi Reynand dan Sherrs berlari dengan cepat. Bianca berusaha menyamai kecepatan dua orang di depannya itu namun gagal. Kakinya tertekuk ke samping dan jatuh.

“EHHH TOLONGIN SI CACA!” teriak Rachel pada Sherra dan Reynand.

Yang dipanggil berbalik badan dan mendapati Bianca sudah terduduk di tanah dan memegangi kakinya. Reynand berjalan cepat untuk menolong Bianca.

“jangan dipaksa buat berdiri” Reynand meraih tangan Bianca dan membantunya berdiri.

“sini gue pegangin satunya” Sherra menaruh tangan kiri Bianca pada pundaknya. Jarak uks dari lapangan lumayan jauh, apalagi cuaca nya cukup panas hari ini.

“udah lo balik aja Sher, gue yang anterin” ujar Reynand menyuruh Sherra untuk kembali ke lapangan.

“lo anterin ya, jangan sampe kenapa napa anak orang” pesan Sherra.

“thankyou ya Sherra” ujar Bianca yang mendapat anggukan dari sahabatnya itu.

Sesampainya di UKS, seperti biasa tidak ada siapapun. Guru penjaga UKS pun tidak ada, tampaknya sedang ngerumpi di ruangan belakang dengan staff sekolah lainnya. Reynand mendudukkan Bianca di pinggir ranjang UKS. Ia kemudian berlutut di depannya.

“gue copot ya sepatunya?”

“iya, eh tapi lo nggak balik aja? gue bisa sendiri kok”

“nggak ada yang jaga UKS nya juga, gapapa itung itung biar makin deket temenannya. Kita kan nggak pernah sekelas sebelumnya hehehe” jawab Reynand sambil tersenyum dan melepaskan salah satu sepatu milik Bianca. Sementara itu Bianca hanya ikut tertawa awkward. Yang pertama terlintas dipikirannya, how can he be so nice like this? sebelumnya Reynand dan Bianca hanya bertemu di ruang dance, Reynand menunggu Alex sehabis ekskul basket dan Bianca yang menunggu Rachel. Itu pun mereka tidak saling berbicara, hanya mengetahui nama satu sama lain.

“ini ya yang sakit pasti?” tanya Reynand menatap Bianca sambil memegang pergelangan kakinya.

“i-iya, disitu”

Reynand mengoleskan sedikit counterpain di bagian kaki Bianca yang sakit dan memijatnya perlahan, takut jika ia kesakitan. Bianca merasa tidak enak dengan cowok didepannya karena mereka berdua hanya berbincang bincang sebentar saat Bu Ayu sebagai wali kelas mereka, merombak tempat duduk muridnya dan Reynand duduk didepannya.

“eh, itu tangan lo berdarah ya?” Reynand menunjuk lengan Bianca yang terlihat merah dan terluka.

“lah iya, nggak keliatan” Bianca tertawa pelan.

“bentar” Reynand mengambil kapas, berniat untuk mengobati tangan Bianca juga.

“nggak usah deh Rey, gue kalo gini aja ntar dibiarin sembuh sendiri”

“lah jangan dong, Ca. Ntar infeksi” Reynand menarik pelan tangan Bianca yang terluka, but she suddenly flinches.

“eh sorry, gue terlalu lancang ya tiba tiba narik tangan lo?” Reynand jadi tidak enak dengan Bianca yang tiba tiba kaget.

“eng-enggak kok nggakpapa, gue cuma kaget aja. Santaiii”

“it's really okay if u feel uncomfortable, Ca”

“nggak kok Rey, don't feel bad about it” jawab Bianca. “eh kok lo pinter ngobatin kek gini sih? lo anak PMR?” Ia mengalihkan topik pembicaraan dan membiarkan Reynand mengobati lukanya.

“enggak, gue kalo lagi tanding juga sering kaya lo gini. Berkali kali malah, jadi gue dikit dikit ngerti gimana caca ngobatinnya”

“wow, keren” puji Bianca tersenyum lebar.

“jelas, gue mana pernah nggak keren”