recharge pt 2

“gue pulang dulu ya, bentar lagi ada rapat lewat zoom” pamit Sherra kemudian pergi.

“iya gue nyamperin Alex dulu deh, tuh anak ntar protes anying kalo ditinggal”

“gue ikut Chell, si Bintang soalnya lagi sama Alex”

“yaudah yok, kuy Ca” ajak Rachel.

“oh lo duluan deh beb, gue mau ketemu Reynand”

“buciiiin, yaudah byee” pamit Rachel dan Jeje. Tidak lama Reynand terlihat berjalan ke arah mereka, “tuh orangnya noh, gue cabut ye”

“haiii” sapa Reynand melambaikan tangannya pada Bianca sambil tersenyum lebar. Ia selalu begitu ketika melihat Bianca.

“haloo, latihan jam berapa nih nanti?” tanya Bianca lalu menggoyang goyangkan jari Reynand seperti anak kecil yang menggandeng ayahnya.

“setengah jam lagi sih” jawab Reynand. Mereka berdua lalu duduk di bench taman sekolah. “okay tell me about yesterday, was it good or bad???”

Ekspresi wajah Bianca berubah, “i dont want to make you worried about me” Bianca memandang Reynand, “but i had a bad day yesterday Rey”

Reynand menggenggam tangan kiri Bianca, berusaha untuk membuatnya nyaman “it's okay, just tell me”

Bianca menghela nafas pelan, “jadi waktu kemaren lo ngga ada buat ngurus lomba, i was having lunch at the canteen sama Jeje Rachel, and then beberapa orang duduk di sebelah meja kita”

“mereka lagi ngomongin story lo yang ngefoto gue di cafe waktu itu, mereka bilang katanya gue ngga gitu cantik padahal muka gue ngga keliatan” Bianca terkekeh pelan, meskipun tidak ada yang lucu.

“okayy, i see” Reynand mengangguk paham, “teruss?”

“yaudah terus sebelum gue ke kantin, gue di chat sama Eva”

“dia bilang bakal mampir sesekali ke rumah mulai besok sampe dua minggu kedepan, ini bikin kepikiran sih. Maksudnya Eva kan ngga terlalu suka sama gue, gue juga ngga mau dia ada di rumah even dia cuma di teras depan”

“and when i got home yesterday, gue tengkar sama papa” Bianca menunduk kebawah.

“awalnya cuma argumen biasa, tapi akhirnya dia teriakin gue tepat di depan muka gue kaya biasanya”

“terus” Bianca menahan air matanya.

“apa? kenapa?” Reynand menatap kedua mata Bianca yang berkaca kaca. Ia khawatir, sangat khawatir.

“dia main fisik lagi” Bianca meneteskan air matanya.

Mendengar ucapan Bianca barusan membuat hatinya hancur. Reynand bisa membayangkan apa yang terjadi kepada Bianca semalam, “it's okay, ngga usah dilanjutin Ca” Reynand membenarkan posisi duduknya, “mana yang kena pukul?” Reynand merendahkan badannya agar bisa memandang wajah Bianca dengan jelas.

“cuma bibir kemaren luka, tapi udah nggapapa kok” Bianca tersenyum kecil.

“mama juga kemarin telfon malem malem”

“really?? terus gimana?”

“sama aja, dia malah nyeritain tentang kegiatannya seharian”

“she told me about her son yang baru aja masuk pre school dan keliatan seneng banget” Bianca mengelap air matanya yang jatuh di pipi.

“gue langsung matiin callnya, soalnya kaya buat apa gitu? she never cared about me meskipun sering nelfon”

“i don't know, kemaren sedih banget terus kecewa aja jadi perasaan gue campur aduk banget”

“lo ngga mau ngomong ke mama tentang bokap lo? soalnya menurut gue udah kelewatan, kalo ngga gue aja gapapa” tanya Reynand.

“gue ngga mau mereka tengkar lagi Rey, kehadiran gue di rumah aja udah ngga ada artinya buat papa”

“apalagi kalo tengkar sama mama, gue malah makin dikasarin lagi sama dia”

“gue masih bisa nahan kok” Bianca lagi lagi tersenyum kecil, menahan air matanya untuk tidak keluar lebih deras lagi.

Reynand menghela nafas kesal lalu berdiri, “sini, you have to recharge your energy because you cried a lot last night” Reynand merentangkan tangannya, “sini peluk”

Bianca bangkit dari duduknya lalu membalas pelukan Reynand. Ia merasakan ketenangan yang selama ini belum pernah ia dapatkan. Air matanya terus mengalir, namun ia merasa lebih baik.

“just stay like this for a while ya Ca” Reynand mengelus punggung Bianca, “thankyou ya udah mau ngebagi cerita, ngebagi sedih nya sama aku”