trauma

“elo dateng ya? biar threepoints gue masuk terus” ucapan Reynand berhasil membuat Bianca salting.

“terusin ya anying pacarannya” sindir Alex melirik kedua orang disebelahnya yang lagi pdkt itu.

“IRI BILANG BOSSS”

“iya gue iri anjir, apalagi tuh disono liat noh” Alex menunjuk dengan dagunya ke sisi lain kelasnya, Dimana ada Bintang yang sedang mengajari Jeje memainkan gitar.

“hahaha, gausah diganggu deh Al kasian Bintang” Bianca terkekeh pelan melihat kedua orang yang juga lagi kasmaran itu.

“iya anjir, udah dijutekin hampir setahun”


Reynand dan Bianca akhirnya pergi ke kantin berdua. Rachel lagi lagi sibuk menyalin PR bersama Alex, sementara Bintang dan Jeje? udah tau kan. Sherra lagi ngapain? lagi di ruang osis ngecekin keperluan buat sport week besok.

Reynand tidak fokus dengan baksonya, ia malah memperhatikan pipi Bianca yang sedikit membesar karena mengunyah bakso. Lucu katanya.

“ca itu ntar nyemplung” Reynand menunjuk menggunakan isyarat mata, namun Bianca tidak mengerti, “hm?”

Reynand mencondongkan badannya kearah Bianca, berniat menyelipkan rambutnya yang menjuntai hampir mengenai kuah bakso di mangkok ke belakang telinganya. Namun Bianca menjingkat kaget dan memundurkan badannya.

“sorry sorry ca, lo nggapapa?” tanya Reynand sedikit panik.

“i-iya santai nggapapa kok”

“sorry, gu-gue lancang”

“ENGGAAA, DONT FEEL BAD ABOUT IT” Reynand hanya bisa tersenyum kecut, ia jad sedikit awkward.

Bianca selalu seperti itu jika ada yang mau menyentuh daerah wajah nya atau leher. Siapa lagi yang menyebabkan itu selain Arga yang kasar.

“diiket deh rambutnya, biar ngga ikut makan rambutnya”

“pipi gue tembem, makin keliatan gede ntar kalo diiket” Memang selama ini Bianca belum pernah terlihat mengikat rambutnya.

“enggalah anjirr” protes Reynand sedikit aneh dengan penuturan Bianca, “lo tetep cantik, mau digimanain juga kalo dari sononya udah waoww ya ga bakal jelek”