what happen?

“byee, thankyou udah dianter”

“no problem babee, bye”

“byee Cacaa”

Bianca membuka gerbang rumahnya setelah mobil Rachel dan teman temannya pergi. Mbak Ita tidak lama keluar dari garasi, wajahnya terlihat seperti buru buru.

“non lewat tangga belakang aja ya?”

“kenapa mbak?” tanya Bianca bingung.

“ee itu non” Mbak Ita gantian bingung mencari alasan, “ruang tengah masih kotor, belum dibersihin” terlihat tidak masuk akal tapi juga ngga salah sih.

“ngga papa mbak, cuma lewat aja kok lagian aku langsung ke kamar”

Mbak Ita tidak tau cara memberi tahu Bianca bagaimana. Bianca kemudian masuk ke dalam rumah. Badannya dibuat lemas melihat pemandangan yang tidak mengenakkan di ruang tamu namun ia masih berusaha biasa saja, seperti biasanya.

Arga sedang berada di ruang tamu bersama Eva, sekertarisnya sendiri yang sekarang berubah menjadi pacarnya. Kedua nya sedang duduk di sofa menonton film. Eva menyandarkan kepalanya pada Arga yang memeluk badan wanita itu. Terlihat beberapa batang rokoo di asbak dan sebotol wine.

Bianca melemparkan sepatunya asal lalu menutup pintu dengan keras, sebagai protes untuk keberadaan Eva di rumahnya. Arga dan Eva menoleh kaget. Wajah ayahnya itu berubah menjadi murka, sedangkan Eva memutar bola matanya malas.

“keganggu ya?” tanya Bianca dengan senyum miring yang terbentuk di bibirnya. Sebenarnya ia hanya pura pura kuat saja, di dalam hatinya ia ingin menangis.

“jaga mulut kamu!” bentak Arga marah.

“kenapa? Caca cuma nanya ke Eva  keganggu ngga lo ada gue dateng?” tanya Bianca sekali lagi.

“tau sopan santun nggak lo?” balas Eva yang masih duduk di sofa. Bianca ingin menghampiri Eva namun ditahan oleh ayahnya.

plak!

Sebuah tamparan dari Arga mendarat di pipi anaknya.

“dasar nggak tau malu!” Arga berteriak di depan wajah Bianca.

Air mata Bianca seketika terkumpul di pelupuk matanya. Tamparan dari ayahnya sudah seringkali mendarat di wajahnya. Bahkan lebih dari itu juga sering ia rasakan.

“anterin aku pulang ke apartment aja, mas” Eva berdiri dan mengambil tasnya dengan wajah malas.

Sementara itu Bianca memandang Eva dengan penuh kebencian kemudian naik ke kamarnya.

Evannia, sekertaris Arga yang menjadi penyebab keretakan keluarga Wijaya. Wanita berumur 27 tahun itu datang ke kehidupan mereka dengan seenaknya dan mengambil Arga dari keluarga kecilnya yang awalnya bahagia dan sekarang menjadi berantakan.

Tepatnya kemarin, saat Bianca menangis di toilet sekolah. Berita di tv, social media, dan berbagai website mengabarkan tentang hubungan Arga dan Eva yang barusaja dipublikasikan setelah ditutupi selama beberapa bulan itu.

“Arga Wijaya, founder dari AW Entertainment yang merupakan perusahaan televisi terbesar ketiga sudah memiliki kekasih setelah setahun bercerai dengan istrinya”

Bianca membaca isi berita itu dari awal sampai akhir. Tagline berita itu terngiang ngiang di pikirannya dan membuatnya marah, sakit hati, kecewa semuanya menjadi satu di kepalanya.


Reynand barusaja selesai mandi kemudian hpnya berdering beberapa kali.

“pasti Alex ngajak login ml nih” Reynand meraih hpnya di atas meja belajar.

“lah Caca” Reynand mengangkat telfonnya.

“Re-Reynand” suara dari telfon terlihat memilukan.

“Ca??”

Tidak ada jawaban dari Bianca. Kemudian terdengar suara isakan tangis. Reynand langsung tau apa yang terjadi.

“Ca? Lo gapapa? Gue kesana”

“nggak Rey nggak perlu, gue nggapapa kok” jawab Bianca terdengar buru buru.

Reynand menyisir rambutnya kebelakang dengan tanganya, “lo nangis ini Ca, and u just said that you are okay?”

Bianca tidak menjawab apapun, lagi lagi terdengar suara isakan tangis dari sana. Reynand menghela nafasnya pelan, “okay, lo nangis aja dulu biar lega ya”

Sekitar 2 menit Bianca tidak berbicara, hanya menangis dan semakim membuat Reynand khawatir.

brak!

Suara pintu yang dibuka secara keras terdengar dari telfon Bianca. Reynand langsung terduduk di pinggir kasurnya.

“Ca, is everything okay?” tanya Reynand cepat.

“emang anak nggak tau malu!”

Telfon langsung mati. Reynand bangkit dari tempat tidurnya dan keluar kamar.