is everything okay?
2 gelas berukuran grande dengan caffe latte didalamnya sudah berada di meja sejak 15 menit yang lalu. Reynand beberapa kali mengecek hpnya namun Bianca belum memberikan balasan.
“yakali gue dighosting?” pikir Reynand, “tapi kan ini kerja kelompok anjir, bukan ngedate” ia kemudian melihat jam tangannya, sudah 19:25.
Pintu kafe terbuka, beberapa pengunjung sempat menoleh namun kembali fokus pada urusan mereka masing masing.
“Cacaa” panggil Reynand agak keras agar Bianca tau ia disini.
“sorry banget rey gue telat, udah lama ya?” Bianca duduk dengan tergesa gesa, matanya sembab.
“ngga terlalu lama juga sih, sekitar 15 menitan” jawab Reynand sambil memandangi Bianca yang terlihat kebingungan dan sedikit panik.
“sorry ya rey” Bianca kemudian membuka laptopnya, masih dengan tergesa gesa sampai pulpen di sebelahnya terjatuh.
“Ca, are you okay?? Gue nggak masalah kok lo telat” Reynand melihat Bianca khawatir.
“i'm fine kok, gue nggak enak aja kalo ada janji terus nggak on time kaya gini” Bianca berusaha tersenyum.
“nih minum dulu” Reynand menyodorkan gelas kopi yang sudah dipesan tadi.
____________
“nahhh, gini aja udah bagus kok ca jadi nggak usah kebanyakan ngafalin materinya” seru Reynand senang.
“iya deh, gue juga males ngafalin banyak banyak” Bianca menyenderkan badannya ke sofa dan meminum sisa kopinya. Posisi duduk mereka berubah, Reynand jadi duduk di sebelah Bianca untuk mengerjakan PPT bersama.
“send filenya ke gue ya ntar” Reynand kemudian merapikan rambutnya, “lo udah minta dijemput?”
“sopir gue abis nganter gue langsung pulang ke rumahnya, dateng lagi besokkannya jam 6 an” ujar Bianca pendek.
“terus lo gimana? dijemput bokap ato nyokap lo gitu?”
“gue bisa bareng lo nggak Rey?”
Reynand memutar balikkan mobilnya dengan satu tangan, lalu jalan keluar dari parkiran starbucks yang lumayan padat.
“kemana nih? lo laper ngga?” tanya Reynand masih fokus dengan menyetirnya.
“terserah Rey, sampe malem juga nggakpapa. Mau makan kemana? gue ikut” jawab Bianca dengan mata yang berkaca kaca.
“i know you are not okay” Reynand berusaha menepi dari jalan raya ketika melihat Bianca yang akan menangis.
“lo kenapa ca??” Reynand menatap Bianca khawatir.
“gue nggak guna ya di sini Rey?” Bianca berlinang air mata.
“nggak guna apanya nggak guna, Ca?”
“i don't know, it's like gue nggak bisa hidup sehari aja nggak denger teriak teriakan bokap gue dirumah”
“alesan gue tadi telat ya karena ini rey, bokap gue selalu aja nyari kesalahan gue sekecil apapun itu” Reynand tidak membalas, membiarkan Bianca mengeluarkan isi hatinya.
“he suddenly yelled at me because i bought something from shopee, barang nya baru aja dateng jadi ditaruh sama mbak gue di meja ruang tamu. gue cuma beli beberapa skincare gue yang abis, itu pun ngga abis lebih dari 150 ribu”
“bokap gue bilang kalo gue selali beli yang ngga penting, ngabisin uangnya mulu, terus gue dibilang sok cantik karena gue beli skincare. And then di-dia, dia nampar gue Rey” Reynand dibuat kaget mendengar penjelasan Bianca.
“dia nampar gue karena gue ngejawab dia” Bianca tersenyum miring, “gue udah berkali kali diginiin kenapa masih tetep nangis ya? harusnya gue udah terbiasa”
“makanya, gue mikir kalo gue se nggak guna itu bagi bokap gue. Semua yang gue lakuin dipandang salah sama dia” Bianca kembali menangis.
Reynand tidak mengatakan apapun, ia hanya menarik Bianca ke dalam pelukkannya. Di saat seperti ini menurutnya Bianca hanya butuh didengarkan. Tangisnya makin terdengar keras meskipun Reynand sudah memeluknya.
“it's okay Ca” Reynand mengelus pelan rambut Bianca, membiarkannya mengeluarkan semua air matanya meskipun baju Reynand sudah mulai basah.