aeri

writing purpose for alternate universe

Arga memasuki rumah bertepatan dengan Bianca yang barusaja menuruni anak tangga terakhir. Ia berpura pura memainkan hpnya, sedangkan Arga hanya melihat anak nya sekilas lagu sibuk dengan urusannya sendiri. Bianca menuju dapur membuat minuman dingin dan mengambil beberapa camilan dan berjalan ke tangga untuk naik ke kamarnya.

“Papa ngga peduli kamu iyain atau engga, tapi akhir bulan nanti papa bakal tunangan sama Eva” ucap Arga cuek. Bianca yang awalnya mau menaiki tangga kembali ke bawah lagi.

“well congratulations udah berhasil bikin keluarga ini rusak” ujar Bianca, “tell that to Eva” jika biasanya Ia cenderung tunduk kepada papanya, kali ini ia mencoba untuk melawan karena sudah lama Bianca diam.

“don't make me angry, papa capek”

Bianca terlihat berkaca kaca. Padahal dirinya yang lebih caoek selama ini. Bertahan di dalam rumah besar dengan seorang ayah yang kasar dan seenaknya sendiri itu tidak mudah.

“justru Bianca yang capek selama ini pa” suaranya bergetar. Ia adalah tipe orang yang gampang menangis jika sudah marah dan kecewa. “papa peduli ngga? engga sama sekali”

“ngelawan mulu jadi anak!” bentak Arga membuat Bianca kaget.

“selama ini yang ngga nurut siapa?” Arga mendorong badan Bianca, “yang selalu ngelawan siapa?”

“kamu!” Arga mendorong tubuh anaknya sekali lagi hingga botol minuman dan makanan yang dibawanya jatuh ke lantai.

Air mata dari kedua mata Bianca mengalir ke pipinya, “terus kenapa papa nerima keputusan pengadilan buat ngasih hak asuh aku ke papa?” tanya Bianca balik dengan penuh tekanan, “KENAPA?!”

plak

Satu tamparan mendarat di pipi kanan Bianca. Ia meringis begitu rasa perih menjalar di sekitar pipinya. Arga mendekatkan badannya ke arah anaknya dan menyeringai, “mau tau kenapa?”

“perusahaan yang sudah dari dulu papa pimpin ini sama kakek kamu diatasnamakan pake nama kamu tau nggak?!” teriak Arga tepat didepan wajah Bianca.

“papa bakal miskin kalo suatu saat kamu yang ambil semuanya!”

Bianca semakin menangis, “jahat” hanya itu yang ia ucapkan, suaranya semakin parau karena tangisnya.

“BERANINYA KAMU NGOMONG JAHAT PADAHAL SEMUANYA KAMU BERKECUKUPAN DISINI! SEKOLAHMU MAHAL TAU NGGA?!” bentak Arga lalu menarik kerah hoodie Bianca, ia kemudian melayangkan tinjuan di wajah anaknya.

Bianca langsung jatuh tersungkur ke lantai. Sudut bibirnya berdarah. Ini sudah beberapa kali terjadi.

“nggak usah berani sama papa, TAU DIRI LAH SELAMA INI YANG NAFKAHIN SIAPA!” Arga menjambak rambut Bianca.

“s-sakit pa” Bianca kesulitan berbicara menahan rasa sakit di kepalanya dan bibirnya.

“sakit? makanya orangtua ngomong ngga usah ngelawan!” Arga melepaskan tangannya dari rambut Bianca dan berdiri mengambil hpnya karena ada panggilan masuk. Ia akhirnya pergi ke ruang kerjanya meninggalkan Bianca yang tersungkur di lantai sambil merintih kesakitan.

Ia perlahan bangkit meskipun kakinga bergetar, berjalan tertatih tatih naik ke kamarnya. Rasanya begitu sakit harus mengalami semuanya seorang diri.

Berusaha untuk tetap kuat dan tersenyum bukanlah hal yang mudah buat Biancam Namun jika teman temannya tau masalah dan kondisinya seperti ini pasti akan menambah beban pikiran mereka. Karena Bianca tau jika Jeje, Rachel, dan Sherra memiliki masalah masing masing.

Bianca terduduk di bawah tempat tidur dan memeluk kedua lututnya, ia menangis sejadi jadinya. Menahan sakit dan kekesalannya.

Tiba tiba hpnya berbunyi ada telfon masuk.

mama

Ia menghapus air matanya dan mengatur nafasnya, sebelum akhirnya menerima panggilan itu.

“mama” Bianca menyapa Vivianne, mamanya dari telfon.

halo Bianca anaknya mamaa” sapa Vivianne balik dengan nada yang begitu ceria.

sorry yaa baru nelfon sekarang

Bianca menahan suara tangisnya, ia semakin sedih ketika mendengar suara mamanya.

what's the time there?? i think it's already evening right?

disini malah baru jam 9 pagi tau, i've just sent Eden to school” Vivianne bercerita dengan penuh semangat.

“Bianca lagi nangis ma” ujar Bianca, “gara gara drakor sih hehehehe” sambungnya dengan suara tertawa yang dipaksakan.

“how are you?”

fineee, very very fine” jawab Vivianne.

mama lagi repot di office lately, and guess what? today is Eden's first day in preschool! he is so cute, i'll send you the picture

Bianca menutup telfon. Rasa nya semakin sakit melihat mamanya yang bahagia dengan keluarga kecil barunya sementars ia disini sedang tidak baik baik saja. Bahkan Vivianne tidak menanyakan kabar anak perempuannya itu.

#all alone

Arga memasuki rumah bertepatan dengan Bianca yang barusaja menuruni anak tangga terakhir. Ia berpura pura memainkan hpnya, sedangkan Arga hanya melihat anak nya sekilas lagu sibuk dengan urusannya sendiri. Bianca menuju dapur membuat minuman dingin dan mengambil beberapa camilan dan berjalan ke tangga untuk naik ke kamarnya.

“Papa ngga peduli kamu iyain atau engga, tapi akhir bulan nanti papa bakal tunangan sama Eva” ucap Arga cuek. Bianca yang awalnya mau menaiki tangga kembali ke bawah lagi.

“well congratulations udah berhasil bikin keluarga ini rusak” ujar Bianca, “tell that to Eva” jika biasanya Ia cenderung tunduk kepada papanya, kali ini ia mencoba untuk melawan karena sudah lama Bianca diam.

“don't make me angry, papa capek”

Bianca terlihat berkaca kaca. Padahal dirinya yang lebih caoek selama ini. Bertahan di dalam rumah besar dengan seorang ayah yang kasar dan seenaknya sendiri itu tidak mudah.

“justru Bianca yang capek selama ini pa” suaranya bergetar. Ia adalah tipe orang yang gampang menangis jika sudah marah dan kecewa. “papa peduli ngga? engga sama sekali”

“ngelawan mulu jadi anak!” bentak Arga membuat Bianca kaget.

“selama ini yang ngga nurut siapa?” Arga mendorong badan Bianca, “yang selalu ngelawan siapa?”

“kamu!” Arga mendorong tubuh anaknya sekali lagi hingga botol minuman dan makanan yang dibawanya jatuh ke lantai.

Air mata dari kedua mata Bianca mengalir ke pipinya, “terus kenapa papa nerima keputusan pengadilan buat ngasih hak asuh aku ke papa?” tanya Bianca balik dengan penuh tekanan, “KENAPA?!”

plak

Satu tamparan mendarat di pipi kanan Bianca. Ia meringis begitu rasa perih menjalar di sekitar pipinya. Arga mendekatkan badannya ke arah anaknya dan menyeringai, “mau tau kenapa?”

“perusahaan yang sudah dari dulu papa pimpin ini sama kakek kamu diatasnamakan pake nama kamu tau nggak?!” teriak Arga tepat didepan wajah Bianca.

“papa bakal miskin kalo suatu saat kamu yang ambil semuanya!”

Bianca semakin menangis, “jahat” hanya itu yang ia ucapkan, suaranya semakin parau karena tangisnya.

“BERANINYA KAMU NGOMONG JAHAT PADAHAL SEMUANYA KAMU BERKECUKUPAN DISINI! SEKOLAHMU MAHAL TAU NGGA?!” bentak Arga lalu menarik kerah hoodie Bianca, ia kemudian melayangkan tinjuan di wajah anaknya.

Bianca langsung jatuh tersungkur ke lantai. Sudut bibirnya berdarah. Ini sudah beberapa kali terjadi.

“nggak usah berani sama papa, TAU DIRI LAH SELAMA INI YANG NAFKAHIN SIAPA!” Arga menjambak rambut Bianca.

“s-sakit pa” Bianca kesulitan berbicara menahan rasa sakit di kepalanya dan bibirnya.

“sakit? makanya orangtua ngomong ngga usah ngelawan!” Arga melepaskan tangannya dari rambut Bianca dan berdiri mengambil hpnya karena ada panggilan masuk. Ia akhirnya pergi ke ruang kerjanya meninggalkan Bianca yang tersungkur di lantai sambil merintih kesakitan.

Ia perlahan bangkit meskipun kakinga bergetar, berjalan tertatih tatih naik ke kamarnya. Rasanya begitu sakit harus mengalami semuanya seorang diri.

Berusaha untuk tetap kuat dan tersenyum bukanlah hal yang mudah buat Biancam Namun jika teman temannya tau masalah dan kondisinya seperti ini pasti akan menambah beban pikiran mereka. Karena Bianca tau jika Jeje, Rachel, dan Sherra memiliki masalah masing masing.

Bianca terduduk di bawah tempat tidur dan memeluk kedua lututnya, ia menangis sejadi jadinya. Menahan sakit dan kekesalannya.

Tiba tiba hpnya berbunyi ada telfon masuk.

mama

Ia menghapus air matanya dan mengatur nafasnya, sebelum akhirnya menerima panggilan itu.

“mama” Bianca menyapa Vivianne, mamanya dari telfon.

halo Bianca anaknya mamaa” sapa Vivianne balik dengan nada yang begitu ceria.

sorry yaa baru nelfon sekarang

Bianca menahan suara tangisnya, ia semakin sedih ketika mendengar suara mamanya.

what's the time there?? i think it's already evening right?

disini malah baru jam 9 pagi tau, i've just sent Eden to school” Vivianne bercerita dengan penuh semangat.

“Bianca lagi nangis ma” ujar Bianca, “gara gara drakor sih hehehehe” sambungnya dengan suara tertawa yang dipaksakan.

“how are you?”

fineee, very very fine” jawab Vivianne.

mama lagi repot di office lately, and guess what? today is Eden's first day in preschool! he is so cute, i'll send you the picture

Bianca menutup telfon. Rasa nya semakin sakit melihat mamanya yang bahagia dengan keluarga kecil barunya sementars ia disini sedang tidak baik baik saja. Bahkan Vivianne tidak menanyakan kabar anak perempuannya itu.

Bianca menopang kepalanya dengan kedua tangan diatas meja. Ia melihat keluar jendela sambil memperhatikan langit di siang hari, pikirannya melayang layang. Sebenarnya meskipun ia membalas pesan dari Arga dan Eva dengan straight to the point apalagi terkesan tidak peduli, nyatanya ia sekarang memikirkan banyak hal di otakya. Terlihat seperti bukan masalah besar, Arga pergi dan Eva akan mampir ke rumahnya sesekali. Namun hal tersebut membuat Bianca overthinking, tentang banyak perkiraan di kepalanya yang belum tentu terjadi.

“Ca, yok kantin” seru Rachel membuyarkan lamunan Bianca.

“yuk, laper nih gue”

Suasan kanting sedang ramai, apalagi ini istirahat pertama yang bertepatan dengan jam makan siang.

“lo pada mau apa?” tanya Sherra kepada empat temannya sebelum memesan makanan.

“gue itu aja deh, makaroni barbeque” jawab Bianca, “nah gue juga” sahut Jeje menyamakan pilihan camilannya dengan Bianca.

“gue nasi goreng”

“lo temenin gue lah anying”

“buset, yaudah ayo” Rachel menggandeng lengan Sherra lalu pergi memesan makanan. 

Bintang ga keliatan ya?

lagi latihan band kali?

oh iya kan mau tampil buat penutupan sport week katanya

Sherra menoleh ke arah segerombolan siswa perempuan yang lewat di belakangnya. Bianca hanya tertawa geli, melihat ekspresi Sherra yang sinis.

“pacar gue tuh pacar gue” bisik Sherra dengan menggebu gebu pada Bianca.

Reynand tadi pagi papasan sama gue, ganteng banget siallll

Beberapa siswa perempuan yang duduk tidak jauh dari Bianca dan Sherra juga mulai membicarakan Reynand.

denger denger udah punya pacar dia

hah masa

“*iya kemarin gue liat sg nya lagi di kafe 11:11 sama cewe”

oh itu? b aja

anak sini?

“gatau, mukanya ke crop sih tapi kek nya ngga gitu cantik*”

padahal Rey ganteng

Rachel yang barusaja datang di meja tempat Bianca dan Sherra duduk mendengar pembicaraan orang orang di sebelahnya.

“ngomongin siapa lo?” Rachel bertanya kepada mereka.

“oh ini, lo tau ngga ini siapa? lo temennya Reynand kan” salah satu dari mereka menyodorkan hpnya yang memperlihatkan snapgram Reynand kemarin.

“Chel, makan dulu deh yok” Bianca mencoba mengalihkan pembicaraan karena ia tau Rachel akan mengeluarkan banyak umpatan.

“emang kenapa kalo gue tau?”

“bagi ig cewenya, disini gaada tag tag annya gue pengen ngestalk”

Rachel memutar bola matanya malas, “seneng banget ya lo ngurusin orang lain?”

“emang kenapa anying? lo kok sewot” cewek itu bingung dengan pertanyaan Rachel, lebih ke nyolotin Rachel balik.

“gue tau lo cantik sih, tapi kalo pacarnya Reynand dibanding lo” Rachel menggantungkan perkataannya lalu melipat kedua tangannya di depan dada, “lo kalah jauh” ia tersenyum miring.

“balik kelas deh yuk, ada mulut dakjal gue ntar ga nafsu makan” Rachel berjalan keluar kantin diikuti teman temannya.


“kalem kalem” Sherra menepuk nepuk pundak Rachel, “Caca aja diem, lo jangan emosi anying”

“engga, ngga emosi gue anjir” Rachel duduk di bangkunya, mereka sudah berada di kelas, “gila, bisa bisanya temen gue diledekin”

“gapapa gapapa, cuma gitu aja” Bianca tertawa kecil melihat Rachel yang lagi kesel.

Alex dan Bintang masuk ke kelas dengan sapaan mereka yang khas, “YOW WASSAPP!” Mereka kemudian pergi ke bangkunya. Alex bingung melihat Rachel yang mukanya sedang tidak bersahabat.

“kenapa muka lo anying?” Alex mengerutkan dahinya.

“lo mending diem deh Al, ntae di slebew Rachel lo modar” Jeje mewanti wanti Alex untuk tidak menjahili Rachel yang sedang dalam mode marah marah.

“gue ngga tau sih lo kenapa, nih minum” Alex memberikan teh kotak di tangannya untuk Rachel.

“KESAMBET APA LO NYET?” Wajah Rachel seketika berubah menjadi senang.

“yaleahh gue baik salah, jadi babi juga salah anjir” gerutu Alex kesal.

“thankyouuu Aleeeeeex” Rachel menggoyang goyangkan badan Alex dengan keras, tanda terimakasih udah dikasih teh kotak.

“IYYYAAA BANGGKEE LEPAAS-INN GUE MAU AMB-ILLL TAS”

“lah mau kemana?” Jeje bertanya ke Bintang yang ada di sebelahnya.

“aku ngga ikut pelajaran hehe, disuruh latihan bentar lagi terus pulang” Bintang cengengesan.

“ih enak banget, ntar aku pulangnya?”

“ya sama aku, kan tinggal telfon” Bintang membalas Jeje dengan nada rendah. “ntar makan siang bareng, mau?”

“iya, okedeh semangat latihannya”

“BAU BAU BUCIN TERCIUM, AYO BURUAN BALIK” Alex menarik Bintang keluar kelas.

“bye Jeje” Bintang melambaikan tangannya kecil ke arah Jeje.

Bianca dan Reynand sekarang sedang duduk berhadapan di sebuah kafe. Bianca asik memainkan hpnya, sementara Reynand memperhatikan perempuan didepannya itu.

“Bintang lagi keluar nih sama Jeje” Ia memperlihatkan layar hp nya pada Reynand di depannya.

“oh upload story?”

“iya, eh Rachel sama Alex juga”

“ngakak banget tweetnya mereka” Bianca kembali menunjukkan tampilan layar hpnya, “astaga kok ngga malu” Ia tertawa geli. Reynand juga ikut tertawa melihatnya.

“eh sorry gue main hp” Bianca tersadar dan langsung meletakkan hpnya di atas meja.

“it's okaaay Caa, btw how's your day?” Reynand membuka topik pembicaraan.

“is it good?” Reynand mengacungkan jempol jari kanannya, “or bad?” kemudian membalikkannya kebawah.

“hmm” Bianca tampak berpikir sejenak, “good and kinda boring”

“tadi waktu lo dipanggil ke OSIS  buat briefing final hari sabtu kan lamaa banget jadi gue ngga ada temen ngobrol di kelas waktu pelajaran, apalagi pelajarannya Bu Ayu bikin ngantuk banget” ujar Bianca seperti bercerita dengan anak kecil.

“tapi gue seneng lagi soalnya lo ngajal jalan, jadi ada boring but good gitu hehe” sebuah senyum terukir di wajah Bianca hingga menampakkan deretan giginya.

“oh my God, whyyy are youu soo cuteee?” ujar Reynand gemas sendiri.

“ssst jangan keras keras, malu diliatin orang Reynaaand”

“okay sorry sorry” Reynand melihat sekeliling lalu memajukan badannya kearah Bianca, “why are you so cute?” ia berbisik bisik.

“i don't know, but why are you so handsome?” Bianca membalas gombalan Reynand dengan berbisik bisik juga.

“gatau, dari lahir udah ganteng” jawab Reynand dengan pedenya lalu Bianca memundurkan badannya, “pedeee mulu”

Mereka tampak sangat lucu, dan juga serasi. Reynand yang selalu melemparkan candaan dan Bianca yang terkadang tersipu malu lalu membalasnya membuat orang yang melihatnya juga bisa merasakan keuwuan mereka.

“by the way, what about you?” tanya Bianca pada Reynand yang sejak tadi masih tertawa, “how was your day? is it good or bad?”

“very very good, why? because of you” jawab Reynand dengan yakin, membuat Bianca memasang wajah datar, “explain please”

“hmm okay, jadi tadi gue kinda feel bad because i can't drive you home, tapi sekarang gue bisa jalan sama lo hehe VERY GOOOD” Reynand menunjukkan kedua jempolnya.

“okayy, glad to hear that” Bianca tertawa melihat tingkah pacarnya.

Reynand senang bisa mendengar gelak tawa dari perempuan yang barusaja menjadi pacarnya itu. Bianca selalu tersenyum, namun Reynand baru pertama kali melihat Bianca se ceria ini.

“mau kue? or cookies?” tawar Reynand.

“no, i'm already full gara gara caramel macchiato nya hehe” Bianca kemudian membuka hpnya.

“wait, lo foto gue diem diem barusan??” tanya Bianca begitu melihat instagram.

“engga”

“bohong, ini apa coba?” Bianca memperlihatkan snapgram Reynand.

“heheheh i like the view”


“drive safe Reynand, thanks for today”

“i will, thankyou for today too” Reynand lalu menyandarkan badannya di bagian samping mobil.

“yaudah gue masuk ya?”

“iya, eh tunggu Ca” Reynand menahan tangan Bianca.

“ya?”

“thankyou ya” Reynand menggandeng tangan kanan Bianca, “udah mau nerima gue hehe” ia jadi cengengesan, padahal harusnya moment romantis, “gue awalnya ngira lo bakal nolak waktu gue nembak”

“kayanya gue duluan yang suka sama lo Rey, tapi gue lupa kapan hehe” jawab Bianca sambil menggoyangkan tangan Reynand pelan.

“oh ya, harusnya gue yang say thankyou tau” ujar Bianca, “udah mau denger gue cerita, gatau kenapa gue bisa langsung terbuka sama lo” ia membentuk senyum kecil di bibirnya.

“dan gue seneng karna lo, hmmm lo tih bukannya ngelarang gue sedih tapi lo ngebiarin gue ngeluarin rasa sedih yang ada di hati gue”

“thankyou for being my home” Bianca memandang kedua mata 'home' nya.

“i will always be your home Ca” Reynand merendahkan suaranya, “wanna have a hug?” Bianca mengangguk kemudian memeluk Reynand. Ia merasakan kehangatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, begitu juga Reynand yang bahagia bisa menjadi tempat untuk pulang bagi Bianca.

“tos dulu sini” Reynand mengajak Bianca tos setelah keduanya melepaskan pelukan.

“gue pulang ya” pamit Reynand melambaikan tangan.

“iyaa, byee”

Bianca dan Reynand sekarang sedang duduk berhadapan di sebuah kafe. Bianca asik memainkan hpnya, sementara Reynand memperhatikan perempuan didepannya itu.

“Bintang lagi keluar nih sama Jeje” Ia memperlihatkan layar hp nya pada Reynand di depannya.

“oh upload story?”

“iya, eh Rachel sama Alex juga”

“ngakak banget tweetnya mereka” Bianca kembali menunjukkan tampilan layar hpnya, “astaga kok ngga malu” Ia tertawa geli. Reynand juga ikut tertawa melihatnya.

“eh sorry gue main hp” Bianca tersadar dan langsung meletakkan hpnya di atas meja.

“it's okaaay Caa, btw how's your day?” Reynand membuka topik pembicaraan.

“is it good?” Reynand mengacungkan jempol jari kanannya, “or bad?” kemudian membalikkannya kebawah.

“hmm” Bianca tampak berpikir sejenak, “good and kinda boring”

“tadi waktu lo dipanggil ke OSIS  buat briefing final hari sabtu kan lamaa banget jadi gue ngga ada temen ngobrol di kelas waktu pelajaran, apalagi pelajarannya Bu Ayu bikin ngantuk banget” ujar Bianca seperti bercerita dengan anak kecil.

“tapi gue seneng lagi soalnya lo ngajal jalan, jadi ada boring but good gitu hehe” sebuah senyum terukir di wajah Bianca hingga menampakkan deretan giginya.

“oh my God, whyyy are youu soo cuteee?” ujar Reynand gemas sendiri.

“ssst jangan keras keras, malu diliatin orang Reynaaand”

“okay sorry sorry” Reynand melihat sekeliling lalu memajukan badannya kearah Bianca, “why are you so cute?” ia berbisik bisik.

“i don't know, but why are you so handsome?” Bianca membalas gombalan Reynand dengan berbisik bisik juga.

“gatau, dari lahir udah ganteng” jawab Reynand dengan pedenya lalu Bianca memundurkan badannya, “pedeee mulu”

Mereka tampak sangat lucu, dan juga serasi. Reynand yang selalu melemparkan candaan dan Bianca yang terkadang tersipu malu lalu membalasnya membuat orang yang melihatnya juga bisa merasakan keuwuan mereka.

“by the way, what about you?” tanya Bianca pada Reynand yang sejak tadi masih tertawa, “how was your day? is it good or bad?”

“very very good, why? because of you” jawab Reynand dengan yakin, membuat Bianca memasang wajah datar, “explain please”

“hmm okay, jadi tadi gue kinda feel bad because i can't drive you home, tapi sekarang gue bisa jalan sama lo hehe VERY GOOOD” Reynand menunjukkan kedua jempolnya.

“okayy, glad to hear that” Bianca tertawa melihat tingkah pacarnya.

Reynand senang bisa mendengar gelak tawa dari perempuan yang barusaja menjadi pacarnya itu. Bianca selalu tersenyum, namun Reynand baru pertama kali melihat Bianca se ceria ini.

“mau kue? or cookies?” tawar Reynand.

“no, i'm already full gara gara caramel macchiato nya hehe” Bianca kemudian membuka hpnya.

“wait, lo foto gue diem diem barusan??” tanya Bianca begitu melihat instagram.

“engga”

“bohong, ini apa coba?” Bianca memperlihatkan snapgram Reynand.

“heheheh i like the view”

‐—

“drive safe Reynand, thanks for today”

“i will, thankyou for today too” Reynand lalu menyandarkan badannya di bagian samping mobil.

“yaudah gue masuk ya?”

“iya, eh tunggu Ca” Reynand menahan tangan Bianca.

“ya?”

“thankyou ya” Reynand menggandeng tangan kanan Bianca, “udah mau nerima gue hehe” ia jadi cengengesan, padahal harusnya moment romantis, “gue awalnya ngira lo bakal nolak waktu gue nembak”

“kayanya gue duluan yang suka sama lo Rey, tapi gue lupa kapan hehe” jawab Bianca sambil menggoyangkan tangan Reynand pelan.

“oh ya, harusnya gue yang say thankyou tau” ujar Bianca, “udah mau denger gue cerita, gatau kenapa gue bisa langsung terbuka sama lo” ia membentuk senyum kecil di bibirnya.

“dan gue seneng karna lo, hmmm lo tih bukannya ngelarang gue sedih tapi lo ngebiarin gue ngeluarin rasa sedih yang ada di hati gue”

“thankyou for being my home” Bianca memandang kedua mata 'home' nya.

“i will always be your home Ca” Reynand merendahkan suaranya, “wanna have a hug?” Bianca mengangguk kemudian memeluk Reynand. Ia merasakan kehangatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, begitu juga Reynand yang bahagia bisa menjadi tempat untuk pulang bagi Bianca.

“tos dulu sini” Reynand mengajak Bianca tos setelah keduanya melepaskan pelukan.

“gue pulang ya” pamit Reynand melambaikan tangan.

“iyaa, byee”

Bianca sendirian di lobby sekolah sekarang. Ia berniat memesan gocar namun sudah dicancel oleh driver sebanyak dua kali.

“aneh banget” gumamnya dalam hati lalu berdiri dan berjalan keluar, namun ia menyenggol seseorang. “eh sorry sorry”

“haha, it's okay tho”

“eh wait, lo temennya Sherra bukan?” tanya cowo yang tadi disenggol oleh Bianca.

“iya, lo Satria bukan sih?”

“iya kok lo tau?” tanya nya.

“tau dong, lo kan ketua osis” jawab Bianca tertawa pelan.

“iya juga sih, btw kita belom kenalan” ujarnya, “gue Satria” Satria mengulurkan tangan kanannya.

“Bianca, nice to meet you Satria” Bianca lalu membalas uluran tangan lelaki di depannya ini dan tersenyum tipism

“kok belum pulang?”

“iya ini tadi harusnya gue pulang sama Reynand tapi dia basket, yaudah gue pesen gocar”

“udah dapet driver?” Satria melirik hp Bianca yang layarnya masih menyala.

“belom, dicancel sama drivernya dua kali” jawab Bianca, “aneh deh”

“mau bareng? gue juga harus latihan sebenernya tapi ijin ke coach buat ganti sepatu dulu, apart gue sini situ doang jadi dibolehin”

“ee no, i'm good” tolak Bianca dengan sopan, ia tidak enak jika harus dianter pulang dengan Satria. “gue coba order dulu” Bianca kembali fokus dengan hpnya, sementara Satria hanya mengangguk paham sambil memperhatikan layar ponsel Bianca.

“gaada yang accept orderan gue dong???? kok gajelas sih app nya”

“yaudah yuk, i'll drive you home” ajak Satria untuk yang kedua kalinya, “daripada nungguin gocar yang ngga pasti”


Mobil Satria berhenti dekat rumah Bianca, “ini ya rumah lo??”

“bukan, agak majuan dikit”

“itu yang gerbang nya warna item Sa” Satria memajukan mobilnya setelah mendengar arahan Bianca, lalu berhenti didepan rumah yang tepat.

“thankyou ya Sa” Bianca melepaskan sabuk pengaman.

“no problem Bi, gue langsung balik ke apart ya buat ambil sepatu”

“Reynand biasanya ngomel kalo gue telat hehehe” Satria tertawa kecil sambil menggaruk tengkuknya.

“okay Sa, drive safe ya”

Bianca sendirian di lobby sekolah sekarang. Ia berniat memesan gocar namun sudah dicancel oleh driver sebanyak dua kali.

“aneh banget” gumamnya dalam hati lalu berdiri dan berjalan keluar, namun ia menyenggol seseorang. “eh sorry sorry”

“haha, it's okay tho”

“eh wait, lo temennya Sherra bukan?” tanya cowo yang tadi disenggol oleh Bianca.

“iya, lo Satria bukan sih?”

“iya kok lo tau?” tanya nya.

“tau dong, lo kan ketua osis” jawab Bianca tertawa pelan.

“iya juga sih, btw kita belom kenalan” ujarnya, “gue Satria” Satria mengulurkan tangan kanannya.

“Bianca, nice to meet you Satria” Bianca lalu membalas uluran tangan lelaki di depannya ini dan tersenyum tipism

“kok belum pulang?”

“iya ini tadi harusnya gue pulang sama Reynand tapi dia basket, yaudah gue pesen gocar”

“udah dapet driver?” Satria melirik hp Bianca yang layarnya masih menyala.

“belom, dicancel sama drivernya dua kali” jawab Bianca, “aneh deh”

“mau bareng? gue juga harus latihan sebenernya tapi ijin ke coach buat ganti sepatu dulu, apart gue sini situ doang jadi dibolehin”

“ee no, i'm good” tolak Bianca dengan sopan, ia tidak enak jika harus dianter pulang dengan Satria. “gue coba order dulu” Bianca kembali fokus dengan hpnya, sementara Satria hanya mengangguk paham sambil memperhatikan layar ponsel Bianca.

“gaada yang accept orderan gue dong???? kok gajelas sih app nya”

“yaudah yuk, i'll drive you home” ajak Satria untuk yang kedua kalinya, “daripada nungguin gocar yang ngga pasti”


Mobil Satria berhenti dekat rumah Bianca, “ini ya rumah lo??”

“bukan, agak majuan dikit”

“itu yang gerbang nya warna item Sa” Satria memajukan mobilnya setelah mendengar arahan Bianca, lalu berhenti didepan rumah yang tepat.

“thankyou ya Sa” Bianca melepaskan sabuk pengaman.

“no problem Bi, gue langsung balik ke apart ya buat ambil sepatu”

“Reynand biasanya ngomel kalo gue telat hehehe” Satria tertawa kecil sambil menggaruk tengkuknya.

“okay Sa, drive safe ya”

Bianca menaruh hp di dekat telinganya. Ia mendengarkan Reynand bicara sambil rebahan. Sementara itu yang ditelfon sedang bermain game di PC nya dengan Bintang dan Alex.

lo yang jaga njir buruan jangan diem Bintang dakjaal, tapi iya sih ca emang kalo tugas nya Pak Bayu itu susah banget” Reynand berbicara dengan kedua temannya lewat voice call game dan dengan Bianca lewat hp nya.

“udah sampe mana ya materinya dia? gue malah ga pernah perhatiin hehehe”

“gatau juga Rey haha, gue juga pusing ngeliat angka angka”

“lo jadinya udah makan belum? ALEX LO JANGAN NAIK MOBIL ANJIRR

deket banget musuh nya bego, ntar gue mati” terdengar suara Alex dari sana.

“belum sih, ngga ada makanan beneraan. Tadi gue buka buka lemari sereal nya abis, belum belanja bulanan kek nya Mbak Ita”

“tuh kaan, udah dibilang gue gofood in malah gamauu”

HALO CACAA

lah Caca di rumah lo Rey?

kaga lah anjir, ini telfon

“Ca dicari Alex sama Bintang tuhh” Reynand menyampaikan sapaan kedua temannya kepada Bianca.

“HALOOO”

kok bisa tiba tiba telfonan

ada aps nii?

kepo lu, NAH CHICKEN DINNER!” seru Reynand setelah berkutat dengan game tembak tembakan di pc nya.

gue udahan dulu ngantuk” ujar Alex kemudian keluar dari room gamenya, begitu juga Bintang. Reynand mematikan pc nya lalu tiduran di kasur.

“ngga ngantuk??” tanya Bianca sambil memutar badannya.

“enggaa, gue nunggu lo tidur” jawab Reynand lalu secara tidak sadar tersenyum tipis.

“kalo ngantuk ya tidur aja dongg”

“engga ngantuk Cacaaaa” jawab Reynand dengan kebiasaannya memanjangkan nama Bianca, membuat sang pemilik nama salting. “lagi apaa?”

“cuma tiduran aja sih, hari ini banyak kegiatan kok gue ngga ngantuk ya?”

“gue cuma nontonin lo main aja pegel padahal cuma duduk sama berdiri doang, apalagi lo lari larian juga. Lo beneran ngga capek?”

“ngga ngga i mean beneran capek, bukan gara gara ada gue terus capeknya ilang”

“HAHAHA” Reynand tertawa ngakak mendengar penuturan cewek di telfon yang barusaja menjadi pacarnya itu, “iya capek dikit doang”

“udah biasa sih, namanya juga lomba pasti capek”

“eh gue tadi abis dengerin lagunya day6 tau Ca sambil masak mie, yang judulnya 'you make me' kane bangett” Reynand mengganti topik pembicaraan.

“besok mau gue jemput ngga berangkat sekolah?” tidak ada jawaban dari Bianca.

“Cacaaaa” hanya terdengar grusak grusuk suara selimut darisana.

“yah udah tidur dia, padahal katanya ngga bisa tidur”

“goodnight, love u”

Bianca menaruh hp di dekat telinganya. Ia mendengarkan Reynand bicara sambil rebahan. Sementara itu yang ditelfon sedang bermain game di PC nya dengan Bintang dan Alex.

lo yang jaga njir buruan jangan diem Bintang dakjaal, tapi iya sih ca emang kalo tugas nya Pak Bayu itu susah banget” Reynand berbicara dengan kedua temannya lewat voice call game dan dengan Bianca lewat hp nya.

“udah sampe mana ya materinya dia? gue malah ga pernah perhatiin hehehe”

“gatau juga Rey haha, gue juga pusing ngeliat angka angka”

“lo jadinya udah makan belum? ALEX LO JANGAN NAIK MOBIL ANJIRR

deket banget musuh nya bego, ntar gue mati” terdengar suara Alex dari sana.

“belum sih, ngga ada makanan beneraan. Tadi gue buka buka lemari sereal nya abis, belum belanja bulanan kek nya Mbak Ita”

“tuh kaan, udah dibilang gue gofood in malah gamauu”

HALO CACAA

lah Caca di rumah lo Rey?

kaga lah anjir, ini telfon

“Ca dicari Alex sama Bintang tuhh” Reynand menyampaikan sapaan kedua temannya kepada Bianca.

“HALOOO”

kok bisa tiba tiba telfonan

ada aps nii?

kepo lu, NAH CHICKEN DINNER!” seru Reynand setelah berkutat dengan game tembak tembakan di pc nya.

gue udahan dulu ngantuk” ujar Alex kemudian keluar dari room gamenya, begitu juga Bintang. Reynand mematikan pc nya lalu tiduran di kasur.

“ngga ngantuk??” tanya Bianca sambil memutar badannya.

“enggaa, gue nunggu lo tidur” jawab Reynand lalu secara tidak sadar tersenyum tipis.

“kalo ngantuk ya tidur aja dongg”

“engga ngantuk Cacaaaa” jawab Reynand dengan kebiasaannya memanjangkan nama Bianca, membuat sang pemilik nama salting. “lagi apaa?”

“cuma tiduran aja sih, hari ini banyak kegiatan kok gue ngga ngantuk ya?”

“gue cuma nontonin lo main aja pegel padahal cuma duduk sama berdiri doang, apalagi lo lari larian juga. Lo beneran ngga capek?”

“ngga ngga i mean beneran capek, bukan gara gara ada gue terus capeknya ilang”

“HAHAHA” Reynand tertawa ngakak mendengar penuturan cewek di telfon yang barusaja menjadi pacarnya itu, “iya capek dikit doang”

“udah biasa sih, namanya juga lomba pasti capek”

“eh gue tadi abis dengerin lagunya day6 tau Ca sambil masak mie, yang judulnya 'you make me' kane bangett” Reynand mengganti topik pembicaraan.

“besok mau gue jemput ngga berangkat sekolah?” tidak ada jawaban dari Bianca.

“Cacaaaa” hanya terdengar grusak grusuk suara selimut darisana.

“yah udah tidur dia, padahal katanya ngga bisa tidur”

“goodnight, love u”

Pertandingan sudah berakhir untuk hari ini dan lagi lagi tim inti sekolah memenangkannya. Mereka bubar dengan hati yang gembira. Berarti Reynand serta anggota timnya lolos dan masuk ke final hari sabtu nanti.

“finall njir finalllll! Reynand memeluk rekan rekannya.

“semangat semangat jangan kasih kendor”

“lo bagus Sa, pepet terus PG nya kaya tadi ya”

“oh iya terus buat sapa ini namanya?”

“gue Arsa kak”

“nah Arsa tadi lo udah bagus deh tapi tempo nya kalo coach bilang pelan ya lo pelanin ya jangan kecepetan”

“Brian lo keren banget anjir three points masuk terus”

Reynand memberikan evaluasi singkat untuk anggota tim nya dengan bantuan coachnya. Senyumnya masih terbentuk lebar di bibir nya karena ia senang sekali bisa menang lagi untuk tahun ini. Setelah selesai, ia menghampiri teman temannya.

“ANJAY MASUK FINAAAL!” Alex menepuk nepuk punggung Reynand.

“keren keren nih pacar lo Ca” puji Rachel sambil menoleh ke Bianca di sebelahnya.

“JELASSS LAHHH, REYNAND NIH”

“njir pedenya kumat dajjal”

“yaudah yok pulang yok, Je” ajak Bintang pada Jeje.

“cepet amat anjir?”

“iya, ngedate nih gue Ca”

“nah sama, yuk Chel cabsss” ajak Alex pada Rachel.

“enak aja, nunggu Sherra dulu anjir” tolak Rachel, “jajan bakso di depan yuk?

“gas ngueng” Alex langsung ngacir bareng Rachel. Tinggal Reynand dan Bianca berdua.

“pulang yuk, Ca?” ajak Reynand.

“ayo, udah malem juga nih”


Bianca menarik resleting jaketnya. Ia memakai jaket pemberian Reynand waktu itu, sesuai requestnya tadi siang saat di sekolah.

“udah?” tanya Reynand setelah melihat Bianca memakai jaketnya lalu menyodorkan satu bagian airpodsnya, “nih pake”

“lo yang pegang hp gue ya Ca, ganti ganti aja sama lagu yang lo suka”

“haha oke, ntar gue puterin twice”

“ga cocok dong kalo didengerin waktu motoran”

“hahaha, enggak lahh yakali gue puterin twice”

Hari ini memang Reynand berencana membawa sepeda motor. Ia ingin mengajak Bianca night drive ala ala gitu, tapi emang night drive beneran sih.

Motornya berjalan dengan kecepatan sedang diiringi lagu California dari The Roses, pilihan pertama Bianca.

driving to the clouds swimming like a hummingbirds i don't wanna say goodbye i just wanna stay all night

“gimana basket gue tadi” tanya Reynand menoleh ke samping.

“kereen banget”

“heheheh padahal anak tim hari ini udah ngga berharap apa apa”

“kenapa?”

“apaaaaa?”

“kenapaa?” ucapan Bianca terhalang oleh suara bising kendaraan lainnya.

“lawannya susah caa, pada main fisik”

“emang iyaa?”

“iyaaa” jawab Reynand

to california our worries make no sense colors sky blue singing in my view young and wild

“lagu nya enaaak”

“hahhh?”

“lagu nyaa yang lo mainin enakk, judulnya apaa?”

“ohhh California, dari The Rosessss”

Jalanan sudah tidak terlalu ramai, kini mereka bisa mendengar dengan jelas suara masing masing saat berbicara.

“capek ya Rey, tanding terus? masih sekolah juga”

“engga tuh”

“beneran?”

“he em, kan udah gue bilang capek nya ilang kalo ada lo” Reynand tersenyum di balik helm full face nya.

“apa reyy ngga denger” bohong, sebenarnya Bianca sudah salting.

“capeknyaaa ilang kalo ada loooo”

“ngga dengerr Rey gatauuu” Reynand tertawa mendengar jawaban Bianca barusan.

Lagu yang diputar sudah berakhir bertepatan dengan lampu merah. Reynand menoleh ke arah Bianca, “pinjem bentar hp nya Ca, gantian pilih lagu”

“nih buruan Rey, keburu ijo” Setelah mengganti lagu, Reynand menjalankan motornya kembali begitu lampu berubah hijau. Lagu pun ikut mengalun.

dance with me under the diamonds see me like breath in the cold sleep with me here in the silence come kiss me silver and gold

“Cacaa”

“apaa?”

“lo nyaman ngga sama gue selama ini?” tanya Reynand membuat jantung Bianca sedikit deg deg an.

“maksudnya?” jika kondisinya seperti ini, Bianca tidak bisa berpikir jernih.

“ya sejak kita deket ini, menurut lo gue gimana?”

“hmm gimana ya”

“lo tuh baik banget tau Rey”

“gue belum pernah ketemu sama cowo kaya lo sebelumnya, apalagi lo tau sendiri kan bokap gue gimana. Jadi semenjak gue deket sama lo tuh”

“apa? kok ngga dilanjutin?”

“bentar”

“ini mempersiapkan” Bianca mengambil nafasnya lalu mengeluarkannya lewat mulut.

Reynand tertawa, “persiapan apa anjir Ca?”

“mental, hehehe gue ngga pernah gini sebelumnya”

“oh oke gue tungguin”

“huh oke, jadi semenjak gue deket sama lo tuh gue ngerasa kalo gue tuh ngga sendirian”

“gue berasa punya rumah yang bisa jadi tempat gue pulang gituloh Rey”

“yaaa meskipun kita ngga ada status apa apa tapi gue tetep nganggep kaya gitu, soalnya lo doang yang tau masalah gue”

“eee lupain aja deh, terlalu bertele tele jadinya, tapi intinya gue nyaman sama lo selama ini” Bianca mengakhiri pidato kecilnya, masih dengan detak jantung yang tidak karuan.

“hahaha okay okay i get it” Reynand mengangguk paham.

“Ca”

“apa? lo ilfeel yaa? sorry deh Rey lupain semua yang gue bilang tadi”

“engga engga, gue mau nanya”

“lo mau ngga jadi pacar gue? kali ini gue ngga bercanda kaya kemarin kemarin Ca”

“ini beneran gue nanya nya”

and you are the only one i've ever loved yeah you, if it's not you it's not anyone looking back in my life you're the only good i've ever done yeah you, if it's not you it's not anyone

“gue seneengg, bisa jadi rumah buat lo pulang waktu diluar lagi ngga baik baik aja, gue selalu disini kok Ca”

“ngga bakal kemana mana” kini jantung mereka seperti berdetak dengan ritme yang sama.

“Ca? lo tidur ya?”

“eh, engggaak”

“jadi gimana?”

“iya mau” jawab Bianca malu malu, ia ingin menghilang aja sekarang. Tapi juga seneng di dalem hati.

“yeee asikk” Reynand menaikkan kecepatan sepeda motornya, membuat Bianca refleks memegangi jaket milik Reynand.

“Reynaaand jangan ngebut gue takut jatoh, ini motor lo tinggi banget”

“pegangaaan sama gue Caaaa, peluk”