all alone
Arga memasuki rumah bertepatan dengan Bianca yang barusaja menuruni anak tangga terakhir. Ia berpura pura memainkan hpnya, sedangkan Arga hanya melihat anak nya sekilas lagu sibuk dengan urusannya sendiri. Bianca menuju dapur membuat minuman dingin dan mengambil beberapa camilan dan berjalan ke tangga untuk naik ke kamarnya.
“Papa ngga peduli kamu iyain atau engga, tapi akhir bulan nanti papa bakal tunangan sama Eva” ucap Arga cuek. Bianca yang awalnya mau menaiki tangga kembali ke bawah lagi.
“well congratulations udah berhasil bikin keluarga ini rusak” ujar Bianca, “tell that to Eva” jika biasanya Ia cenderung tunduk kepada papanya, kali ini ia mencoba untuk melawan karena sudah lama Bianca diam.
“don't make me angry, papa capek”
Bianca terlihat berkaca kaca. Padahal dirinya yang lebih caoek selama ini. Bertahan di dalam rumah besar dengan seorang ayah yang kasar dan seenaknya sendiri itu tidak mudah.
“justru Bianca yang capek selama ini pa” suaranya bergetar. Ia adalah tipe orang yang gampang menangis jika sudah marah dan kecewa. “papa peduli ngga? engga sama sekali”
“ngelawan mulu jadi anak!” bentak Arga membuat Bianca kaget.
“selama ini yang ngga nurut siapa?” Arga mendorong badan Bianca, “yang selalu ngelawan siapa?”
“kamu!” Arga mendorong tubuh anaknya sekali lagi hingga botol minuman dan makanan yang dibawanya jatuh ke lantai.
Air mata dari kedua mata Bianca mengalir ke pipinya, “terus kenapa papa nerima keputusan pengadilan buat ngasih hak asuh aku ke papa?” tanya Bianca balik dengan penuh tekanan, “KENAPA?!”
plak
Satu tamparan mendarat di pipi kanan Bianca. Ia meringis begitu rasa perih menjalar di sekitar pipinya. Arga mendekatkan badannya ke arah anaknya dan menyeringai, “mau tau kenapa?”
“perusahaan yang sudah dari dulu papa pimpin ini sama kakek kamu diatasnamakan pake nama kamu tau nggak?!” teriak Arga tepat didepan wajah Bianca.
“papa bakal miskin kalo suatu saat kamu yang ambil semuanya!”
Bianca semakin menangis, “jahat” hanya itu yang ia ucapkan, suaranya semakin parau karena tangisnya.
“BERANINYA KAMU NGOMONG JAHAT PADAHAL SEMUANYA KAMU BERKECUKUPAN DISINI! SEKOLAHMU MAHAL TAU NGGA?!” bentak Arga lalu menarik kerah hoodie Bianca, ia kemudian melayangkan tinjuan di wajah anaknya.
Bianca langsung jatuh tersungkur ke lantai. Sudut bibirnya berdarah. Ini sudah beberapa kali terjadi.
“nggak usah berani sama papa, TAU DIRI LAH SELAMA INI YANG NAFKAHIN SIAPA!” Arga menjambak rambut Bianca.
“s-sakit pa” Bianca kesulitan berbicara menahan rasa sakit di kepalanya dan bibirnya.
“sakit? makanya orangtua ngomong ngga usah ngelawan!” Arga melepaskan tangannya dari rambut Bianca dan berdiri mengambil hpnya karena ada panggilan masuk. Ia akhirnya pergi ke ruang kerjanya meninggalkan Bianca yang tersungkur di lantai sambil merintih kesakitan.
Ia perlahan bangkit meskipun kakinga bergetar, berjalan tertatih tatih naik ke kamarnya. Rasanya begitu sakit harus mengalami semuanya seorang diri.
Berusaha untuk tetap kuat dan tersenyum bukanlah hal yang mudah buat Biancam Namun jika teman temannya tau masalah dan kondisinya seperti ini pasti akan menambah beban pikiran mereka. Karena Bianca tau jika Jeje, Rachel, dan Sherra memiliki masalah masing masing.
Bianca terduduk di bawah tempat tidur dan memeluk kedua lututnya, ia menangis sejadi jadinya. Menahan sakit dan kekesalannya.
Tiba tiba hpnya berbunyi ada telfon masuk.
mama
Ia menghapus air matanya dan mengatur nafasnya, sebelum akhirnya menerima panggilan itu.
“mama” Bianca menyapa Vivianne, mamanya dari telfon.
“halo Bianca anaknya mamaa” sapa Vivianne balik dengan nada yang begitu ceria.
“sorry yaa baru nelfon sekarang“
Bianca menahan suara tangisnya, ia semakin sedih ketika mendengar suara mamanya.
“what's the time there?? i think it's already evening right?“
“disini malah baru jam 9 pagi tau, i've just sent Eden to school” Vivianne bercerita dengan penuh semangat.
“Bianca lagi nangis ma” ujar Bianca, “gara gara drakor sih hehehehe” sambungnya dengan suara tertawa yang dipaksakan.
“how are you?”
“fineee, very very fine” jawab Vivianne.
“mama lagi repot di office lately, and guess what? today is Eden's first day in preschool! he is so cute, i'll send you the picture“
Bianca menutup telfon. Rasa nya semakin sakit melihat mamanya yang bahagia dengan keluarga kecil barunya sementars ia disini sedang tidak baik baik saja. Bahkan Vivianne tidak menanyakan kabar anak perempuannya itu.