aeri

writing purpose for alternate universe

Reynand berlari menyusuri lorong lorong dan menaiki tangga menuju ke lantai 3. Ia khawatie Bianca melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya. Setelah mencapai pintu rooftop, ia menghembuskan nafas sebentar lalu membukanya dan langsung menerobos masuk.

“Caca!” teriak Reynand keras kemudian berlari cepat ke arah Bianca yang sedang duduk di tepi bangunan.

“Ca turun!” ia berteriak dengan nafasnya yang tersengal sengal sambil memegangi kedua lututnya, “nggak gini caranya Ca!”

Bianca tersenyum lebar meskipun air matanya sudah membasahi pipi. Ia memberikan hpnya pada Reynand.

Sebuah headline berita terpampang jelas pada layar hp “Arga Wijaya berencana untuk bertunangan dengan Evannia dalam waktu dekat ini”

“anjing”


Keduanya duduk dengan kedua kaki yang sama sama diluruskan, memandang langit yang cerah dihiasi dengan gumpalan awan.

“gue suka ngeliatin langit, apalagi kalo lagi di perjalanan gitu”

“tapi gue lebih suka ngeliat langit waktu malem”

“kenapa?” laki laki itu menoleh kearah perempuan di sebelahnya.

“kenapa lo lebih suka langit malem?”

Bianca mengendikkan bahunya, “nggatau, suka aja”

“lain kali lo jangan sampe mau lompat kaya tadi”

“lo tau ngga Ca? banyak banget hal yang belom lo lakuin”

“lo belum ngeliat langi malem nanti, lo belum nyelesain drakor on going yang lagi lo tonton”

“lo belum dateng ke pertandingan final gue”

Bianca terkekeh pelan, “gue ngga niat lompat sebenernya”

“lah buktinya?”

“gue cuma pengen nenangin pikiran, ngga mau ntar di kelas gue bengong mulu gara gara ngeliat berita tentang bokap gue”

“gue ngebales chat lo terus bilang kalo gue lagi ngga baik itu soalnya” Bianca menggantungkan perkataannya.

“soalnya apa?”

“soalnya gue pengen ngeliat langit”

“bareng lo”

Waktu pertandingan sudah habis, diakhiri dengan lay up oleh Reynand. Lelaki berumur 18 tahun itu selalu menonjol di setiap pertandingan. Sorak sorai penonton seketika langsung memenuhi seluruh penjuru lapangan. Bianca yang berada di kursi penonton juga ikut senang dan langsung berpelukan dengan kedua temannya.

“samperin Reynand buruan, minta traktiran!” seru Bintang masih melompat lompat kecil bersama Alex.

“AYO MINTA AYAM GEPREK” mereka lalu menghampiri sahabat karibnya yang baru saja memenangkan pertandingan.

“ANJAY MENANG NIHHH SEKOLAH GUE” Alex berteriak senang sekali lagi.

“oh jelaas, tim gue keren banget kan?” Reynand tersenyum bahagia seraya tos dengan Bintang lalu Alex. Mereka terlihat sangat senang.

Reynand mencari keberadaan Bianca. Ia mengedarkan pandangannya dan mendapati Bianca bersama dengan Jeje dan Rachel. Bianca langsung mengajaknya tos.

“astaga sejak kapan ada tos tos an kek gini?”

“tadi baru aja bikin hehe” Bianca cengengesan.

“ayo foto dulu yok, senior year harus banyak banyak ambil foto” Rachel mengangkat hp nya keatas.

Reynand meraih pergelangan tangan Bianca untuk lebih dekat dengannya, “Chel fotoin gue sama Caca”

“iya ayo siap, satu dua” Rachel menjepret beberapa kali foto Reynand dan Bianca.

“lo buruan pacaran deh anjir”

“gimana Ca? pacaran kuy?” tanya Reynand secara spontan”

Bianca yang sedang melihat lihat hasil foto di hp Rachel langsung bingung, ia tidak memperhatikan pembicaraan Bintang dam Reynand tadi, “hah?”

“nggak nggak, bercanda” Reynand tertawa geli melihat reaksi Bianca yang bingung.

“Reynand!”

“foto yuk?”

“iye bentar” Reynand mengembalika hp milik Rachel setelah melihat beberapa foto, “bentar ya fans fans gue, mau diajak fotbar sama fans satunya”

“brisik, yaudah sih sana” ejek Rachel sinis.

“sayang banget nih Sherra ngga ada, dia kemana sih anying kok gakeliatan” tanya Alex lalu melihat lihat sekitarnya. Btw, keduanya sudah mulai akrab karena Alex sering minjem alat tulisnya Sherra di sekolah.

“repot mulu kalo Sherra tuh, to ta li tas” sahut Jeje, “diliat liat Naya kok sekarang deket lagi sama Rey ya? bukannya sejak kelas sepuluh waktu pindah jurusan mereka jarang ngomong ngomong lagi”,

“iya, makanya itu gue juga heran” jawab Bintang.

“oit Sa!”

“woy Bin, ga keliatan dari tadi” jawab Satria sambil menjabat tangan Bintang dan Alex secara bergantian

“disitu njir, kehalang orang orang aja”

“ohh, yaudah gue balik dulu ya” pamit Satria sambil membenarkan topinya, “yok Chel, Je” ia berpamitan pada Rachel dan Jeje, “balik dulu” dan terakhir Bianca.

“eh iya iya” jawab Bianca awkward karena ia tidak kenal dengan Satria, hanya tau jika ketos sekolah saja.

“ganteng ye Satria” bisik Rachel sambil senyum senyum melihat punggung Satria menjauh.

“heh, ada pacar lo disini” sela Alex pura pura marah.

“ye bacot, lo mah babu gue”

“yuk pulang, Ca” ajak Reynand setelah selesai berfoto dengan Naya dan beberapa orang lainnya. Ia selalu diajak oleh banyak anak anak sekolahnya untuk berfoto, especially kalo lagi ada acara kek gini.

“ohh oke, YAUDAH GUE PULANG DULU YA” pamit Bianca kepada teman temannya. Ia terlihat senang ketika diajak Reynand untuk pulang bareng.

“cuih keliatan banget mereka berdua tuh sama sama suka anjir” bisik Bintang kepada teman temannya.

“gajadi nembak si Reynand?”

“hah emang hari ini mau nembak?”

“iya njir, lo kok gatau sih Je”

“makanya, kita semua udah tau padahal”

“lo udah gue kasih tau sih Je tapi lo lemot aja” ujar Bintang, “untung sayang”

“dih anjir”


“capek ya Rey?” Bianca menoleh ke arah Reynand yang sedang menyetir di sebelahnya begitu melihat Reynand menekuk nekuk telapak tangannya.

“hah? enggak, emang kenapa?”

“gapapa sih, cuma nanya hehe”

“capeknya udah ilang, ada lo soalnya” Reynand tersenyum malu, meskipun dia sendiri yang ngegombalin Bianca. Sepertinya udah mulai kena virusnya Bintang, salting salting sendiri.

“astaga lo beneran buaya deh Rey kek nya, sana balik ke rawa rawa” Bianca ikutan salting.

“tapi ganteng kan?” Reynand menaikkan salah satu alisnya. KELIATAN KEK FAKBOY BANGET SERIUSAN!

Bianca memalingkan wajahnya ke arah jendela, menatap jalanan. Kalo sudah begini, ia tidak bisa menahannya.

“cielaahhh, salting”

“brisiiiiik”

Mobil Reynand berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah Bianca. Ia mengganti posisi persneling lalu mobil benar benar berhenti.

“besok lo ngga tanding kan?” tanya Bianca sambil melepaskan seatbelt.

“enggak, besoknya lagi iya tapi”

“alright, yaudah lo buruan balik deh” Bianca tersenyum tipis.

“iya, lo juga buruan masuk sana”

“jangan lupa mandi dulu terus tidur”

“eh enggak, makan dulu deh”

“iya, Cacaa”

“yaudah gue turun ya” Bianca membuka pintu mobil. “can u text me when you are home?”

“of course, tanpa lo minta”

“byeee Caa”

“drive safe Reynandd”

“Sher ini banyak banget sumpah anjir” Alex mengeluh selama berjalan menuju ke dalam lapangan indoor, ia menenteng dua kresek besar yang berisi konsumsi untuk osis dan anak tim.

“yaampun, padahal cuma segitu doang”

“se kresek isinya dua puluh nasi kotak ya dakjal, jari gue berasa mau putus”

“mau nasi kotak nya ngga lo?”

“mau” Alex menjawab dengan semangat.

“nah yaudah lo bawain sampe dalem”

“oke, gue harus LAKIKKK”

Sudah banyak anak osis dan beberapa anak tim inti basket di dalam lapangan indoor. Mereka mengepel lapangan, ngecek rundown, dan sebagainya.

“Reynand belum dateng ya?”

“anjir nanya ke gue, tanya langsung ke orangnyaa dongg kan chatan 24/7 ihiy” goda Rachel, Bianca membalasnya dengan pukulan pelan.

“aneh nga sih lo, jam segini udah dateng padahal pertandingannya masih lama”

“kaya anak osis njir”

“haha, gue malah gapernah tau ginian” Bianca terkekeh, “gue dateng waktu final doang”

“iya, sekarang dateng setiap tanding soalnya ada yang ditontonin kan?” Rachel menggoda Bianca lagi.

“bener”

“tapi boong” Bianca menarik perkataaannya, “tapi ngga boong sih”

“HALAHH, pake malu malu kambing segala lo” Rachel mendorong lengan Bianca.

“mana nih bebebnya Bianca kok belum datenggg, dicariin nihhh” Rachel mengubah suaranya menjadi seperti anak kecil.

“YO WASSAP!”

“panjang umur, tuh udah dateng” Bianca tertawa ketika melihat Reynand jalan masuk ke dalam lapangan sambil menyapa teman temannya.

“samperin sih kalo kata gue, biar makin semangat kalo dia tau ada lo” Rachel memberi sahabatnya saran.

Perasaan Bianca saat ini, ia sangan senang begitu melihat Reynand datang. Sepertinya semua orang yang sedang kasmaran akan seperti itu.

“tapi Reynand belum tentu suka sama gue kali Chel”

“sotoy njir, udah sana samperin aja dulu” ledek Rachel, ia selalu ceplas ceplos but in a good way.

Bianca akhirnya berjalan ke salah satu sisi lapangan diamana Reynand baru saja duduk dengan beberapa anggota tim nya. Ia memakai topi hitan dan jaket abu abu, terlihat tampan seperti biasanya.

“Reynand!” sapa Bianca dengan suara yang sedikit keras.

Reynand menoleh, “lah kok lo udah disini aja Ca? kan belum mulai” Ia tersenyum dan menghampiri Bianca dengan semangat. Ia senang melihat perempuan yang sedang ia dekati itu ada disini.

“iyaa, tadi Sherra bareng gue sama Rachel ada Alex juga”

“jadi ya harus ngikutin Sherra, dia harus dateng lebih awal kan”

“ohh pantesan” Reynand mengangguk paham, “Alex terus dimana?”

Bianca mengedarkan pandangannya, “gatau deh, tadi bantuin Sherra”

“btw, ini buat lo” Bianca menyodorkan susu strawberry favorit Reynand, “semangat ya, harus menang pokoknya” sudah bisa dibayangkan ya, bagaimana senang nya Reynand.

“lucu bangett” Reynand tersenyum menampakkan deretan giginya lalu mengacak acak rambut Bianca, “thankyou Bianca” Reynand lalu meminumnya.

Tribun sudah mulai ditangi banyak penonton dari sekolah dan sekolah tim lawan.

“Ca, kita harus buat tos nih”

“gimana?”

“gini” Reynand mengajari Bianca tentang tos nya, ia menggenggam tangannya dan meninju pelan tangan Bianca dua kali dan bertos dua tangan.

“terakhirnya gini” Reynand mengacak acak rambut Bianca sekali lagi dengan ekspresi gemas.

“aduh Reeeeey, kok rambut gue mulu”

“hehehe masa rambutnya Bintang” Reynand cengengesan, “gue ngumpul kesana dulu ya”

“iya, semangatt”

“elo dateng ya? biar threepoints gue masuk terus” ucapan Reynand berhasil membuat Bianca salting.

“terusin ya anying pacarannya” sindir Alex melirik kedua orang disebelahnya yang lagi pdkt itu.

“IRI BILANG BOSSS”

“iya gue iri anjir, apalagi tuh disono liat noh” Alex menunjuk dengan dagunya ke sisi lain kelasnya, Dimana ada Bintang yang sedang mengajari Jeje memainkan gitar.

“hahaha, gausah diganggu deh Al kasian Bintang” Bianca terkekeh pelan melihat kedua orang yang juga lagi kasmaran itu.

“iya anjir, udah dijutekin hampir setahun”


Reynand dan Bianca akhirnya pergi ke kantin berdua. Rachel lagi lagi sibuk menyalin PR bersama Alex, sementara Bintang dan Jeje? udah tau kan. Sherra lagi ngapain? lagi di ruang osis ngecekin keperluan buat sport week besok.

Reynand tidak fokus dengan baksonya, ia malah memperhatikan pipi Bianca yang sedikit membesar karena mengunyah bakso. Lucu katanya.

“ca itu ntar nyemplung” Reynand menunjuk menggunakan isyarat mata, namun Bianca tidak mengerti, “hm?”

Reynand mencondongkan badannya kearah Bianca, berniat menyelipkan rambutnya yang menjuntai hampir mengenai kuah bakso di mangkok ke belakang telinganya. Namun Bianca menjingkat kaget dan memundurkan badannya.

“sorry sorry ca, lo nggapapa?” tanya Reynand sedikit panik.

“i-iya santai nggapapa kok”

“sorry, gu-gue lancang”

“ENGGAAA, DONT FEEL BAD ABOUT IT” Reynand hanya bisa tersenyum kecut, ia jad sedikit awkward.

Bianca selalu seperti itu jika ada yang mau menyentuh daerah wajah nya atau leher. Siapa lagi yang menyebabkan itu selain Arga yang kasar.

“diiket deh rambutnya, biar ngga ikut makan rambutnya”

“pipi gue tembem, makin keliatan gede ntar kalo diiket” Memang selama ini Bianca belum pernah terlihat mengikat rambutnya.

“enggalah anjirr” protes Reynand sedikit aneh dengan penuturan Bianca, “lo tetep cantik, mau digimanain juga kalo dari sononya udah waoww ya ga bakal jelek”

Ketiganya sedang berada di restoran sushi sebuah mall. Mereka duduk di meja outdoor, tempat favoritnya sejak dulu. Tempat sushi ini adalah kesukaan Bianca, Jeje, Sherra, dan Rachel sejak tiga tahun lalu mereka pertama kali kesini.

“udah lamaaa banget ngga kesini ya” Bianca duduk dan menjedai sebagian rambutnya.

“iya bener banget, terakhir kesini tuh waktu kita ngapain ya?” Jeje antusias mendengar kenangan mereka beberapa bulan lalu.

“oh itu, waktu kita bolos kelas terakhir mat wajib” sahut Rachel lalu ia tertawa, “ide bagus kan”

“iya, besokannya dipanggil Pak Bayu terus dihukum ditengah lapangan” sambung Bianca lalu ketiganya tertawa berbarengan.

Kelas 11 adalah masa masa mereka nakal nakal nya, lebih tepatnya Rachel sih. Rachel adalah tipikal cewek yang langsung gas terobos. Mulai dari bolos kelas sampe kejar kejaran dengan guru BK pernah mereka jalani. Sebenarnya Jeje dan Bianca tidak menyebabkan masalah, apalagi Sherra yang tukang tidur. Namun mereka tidak mau jika Rachel dihukum sendiri.

“gue akhir akhir ini stress” Rachel mengambil satu batang rokok dari kantong hoodie lalu menyalakannya.

“gara gara nyokap lo?” tanya Bianca langsung paham.

“he eh, biasalah gue kan nggapernah didengerin di rumah” Rachel tersenyum miring, “maunya dingertiin doang tapi ngga bisa ngehargain orang lain, pusing”

“Alex kek nya denger suara gue tengkar sama nyokap, malu sebenernya. Meskipun dia deket sama gue dan tau kalo nyokap gue sering kaya gitu, tapi kan sama aja”

“makanya kenapa gue ngerokok? ya biar ngga stress, kalo pun lo nyuruh gue buat berhenti juga ngga bisa karna ya dengan ini doang setidaknya gue bisa ilangin penat”

“iya, gue ngerti posisi lo kok Chel. Gapapa masih ada kita” Bianca tersenyum lalu menyenderkan kepalanya ke badan Rachel sejenak dan menegakkannya kembali sebagai tanda kalau ia akan ada untuk sahabatnya itu.

“gue juga lagi ngga baik sama bokap nyokap gue” Jeje kali ini membuka suara, “mereka ngga puas ngeliat ranking gue”

“emang rapotan kenaikan kelas kemaren lo ranking berapa?” tanya Bianca.

“tiga”

“buset, gue tujuh belas anjir”

“lo berapa Ca?”

“gue ranking delapan deh kayanya”

“anjir pada sepuluh besar semua, Sherra malah ranking satu padahal tidur mulu”

“nyatanya tuh emang kita broken kids” ujar Jeje.

“kecuali Bianca, sama Sherra sih”

“kata siapaa gue ngga broken anjir”

“gue juga ngga setiap hari haha hihi mulu” Rachel dan Jeje mengganti posisi duduknya untuk mendegarkan Bianca.

“kadang hehe, kalo ga ya huhu, hoho” ujar Bianca sengaja mencairkan suasana. Ia tertawa palsu, karena memang nyatanya ia tidak sedang baik baik saja.

“agak menyesal gitu telinga gue mendengarkan babi satu ini” protes Jeje lalu menyedot minuman nya yang barusaja datang.

Bianca memang tidak pernah menceritakan masalah nya pada teman temannya, karena ia tau mereka juga tidak baik baik saja. Namun sejauh ini, ia tidak merasa sendiri karena sahabat sahabatnya selalu menjadi alasan untuk Bianca tertawa lagi meskipun mereka tidak menghiburnya secara sengaja.

“ketularan Reynand lah, lo lupa dua anak ini otw official” ujar Rachel menaikkan kedua alisnya.

“kek nya gitu” Jeje mengangguk pelan sambil melirik Bianca di hadapannya dengan senyum senyum, “gimana nih sama Reynand, Ca?” tanya Jeje bertepatan dengan makanan mereka datang ke meja.

“hmm, apa ya” Bianca berpikir sejenak sambil memperhatikan pelayan meletakkan makanan ke meja, “so far so good sih, orangnya baik jadi gue enjoy sama dia”

“for real?? ini lo ngga lagi bercanda ria kaya tadi kan?” tanya Rachel mencondongkan badannya untuk mengambil volcano roll di dekat Jeje.

“engga anjir”

“kirain kan lo soalnya ngga pernah deket sama cowo sebelumnya”

“iyalah, bokap gue sendiri aja kaya gitu masa gue bisa percaya sama cowo diluaran sana”

“ya baru reynand doang sih”

ia hanya membalasnya dalam hati.

“jadi lo suka gitu? sama Reynand” ganti Jeje yang bertanya.

“eee, gatau sih kaya nya iyaa” jawab Bianca lalu tersenyum malu malu. Jika urusan percintaan, Bianca tidak menutupi apapun dari teman temannya.

“CIELAHHH, SA AE”

“iya gue juga” perkataan Jeje membuat Rachel dan Bianca menoleh bersamaan kearahnya dan menghentikan aktivitas makan sushinya.

“hah?”

“sama Bintang maksudnya”

“GA HERANNN KALO ITU MAH GUE UDAH TAUUU”

#deep talk and sushi

Ketiganya sedang berada di restoran sushi sebuah mall. Mereka duduk di meja outdoor, tempat favoritnya sejak dulu. Tempat sushi ini adalah kesukaan Bianca, Jeje, Sherra, dan Rachel sejak tiga tahun lalu mereka pertama kali kesini.

“udah lamaaa banget ngga kesini ya” Bianca duduk dan menjedai sebagian rambutnya.

“iya bener banget, terakhir kesini tuh waktu kita ngapain ya?” Jeje antusias mendengar kenangan mereka beberapa bulan lalu.

“oh itu, waktu kita bolos kelas terakhir mat wajib” sahut Rachel lalu ia tertawa, “ide bagus kan”

“iya, besokannya dipanggil Pak Bayu terus dihukum ditengah lapangan” sambung Bianca lalu ketiganya tertawa berbarengan.

Kelas 11 adalah masa masa mereka nakal nakal nya, lebih tepatnya Rachel sih. Rachel adalah tipikal cewek yang langsung gas terobos. Mulai dari bolos kelas sampe kejar kejaran dengan guru BK pernah mereka jalani. Sebenarnya Jeje dan Bianca tidak menyebabkan masalah, apalagi Sherra yang tukang tidur. Namun mereka tidak mau jika Rachel dihukum sendiri.

“gue akhir akhir ini stress” Rachel mengambil satu batang rokok dari kantong hoodie lalu menyalakannya.

“gara gara nyokap lo?” tanya Bianca langsung paham.

“he eh, biasalah gue kan nggapernah didengerin di rumah” Rachel tersenyum miring, “maunya dingertiin doang tapi ngga bisa ngehargain orang lain, pusing”

“Alex kek nya denger suara gue tengkar sama nyokap, malu sebenernya. Meskipun dia deket sama gue dan tau kalo nyokap gue sering kaya gitu, tapi kan sama aja”

“makanya kenapa gue ngerokok? ya biar ngga stress, kalo pun lo nyuruh gue buat berhenti juga ngga bisa karna ya dengan ini doang setidaknya gue bisa ilangin penat”

“iya, gue ngerti posisi lo kok Chel. Gapapa masih ada kita” Bianca tersenyum lalu menyenderkan kepalanya ke badan Rachel sejenak dan menegakkannya kembali sebagai tanda kalau ia akan ada untuk sahabatnya itu.

“gue juga lagi ngga baik sama bokap nyokap gue” Jeje kali ini membuka suara, “mereka ngga puas ngeliat ranking gue”

“emang rapotan kenaikan kelas kemaren lo ranking berapa?” tanya Bianca.

“tiga”

“buset, gue tujuh belas anjir”

“lo berapa Ca?”

“gue ranking delapan deh kayanya”

“anjir pada sepuluh besar semua, Sherra malah ranking satu padahal tidur mulu”

“nyatanya tuh emang kita broken kids” ujar Jeje.

“kecuali Bianca, sama Sherra sih”

“kata siapaa gue ngga broken anjir”

“gue juga ngga setiap hari haha hihi mulu” Rachel dan Jeje mengganti posisi duduknya untuk mendegarkan Bianca.

“kadang hehe, kalo ga ya huhu, hoho” ujar Bianca sengaja mencairkan suasana. Ia tertawa palsu, karena memang nyatanya ia tidak sedang baik baik saja.

“agak menyesal gitu telinga gue mendengarkan babi satu ini” protes Jeje lalu menyedot minuman nya yang barusaja datang.

Bianca memang tidak pernah menceritakan masalah nya pada teman temannya, karena ia tau mereka juga tidak baik baik saja. Namun sejauh ini, ia tidak merasa sendiri karena sahabat sahabatnya selalu menjadi alasan untuk Bianca tertawa lagi meskipun mereka tidak menghiburnya secara sengaja.

“ketularan Reynand lah, lo lupa dua anak ini otw official” ujar Rachel menaikkan kedua alisnya.

“kek nya gitu” Jeje mengangguk pelan sambil melirik Bianca di hadapannya dengan senyum senyum, “gimana nih sama Reynand, Ca?” tanya Jeje bertepatan dengan makanan mereka datang ke meja.

“hmm, apa ya” Bianca berpikir sejenak sambil memperhatikan pelayan meletakkan makanan ke meja, “so far so good sih, orangnya baik jadi gue enjoy sama dia”

“for real?? ini lo ngga lagi bercanda ria kaya tadi kan?” tanya Rachel mencondongkan badannya untuk mengambil volcano roll di dekat Jeje.

“engga anjir”

“kirain kan lo soalnya ngga pernah deket sama cowo sebelumnya”

“iyalah, bokap gue sendiri aja kaya gitu masa gue bisa percaya sama cowo diluaran sana”

“ya baru reynand doang sih”

ia hanya membalasnya dalam hati.

“jadi lo suka gitu? sama Reynand” ganti Jeje yang bertanya.

“eee, gatau sih kaya nya iyaa” jawab Bianca lalu tersenyum malu malu. Jika urusan percintaan, Bianca tidak menutupi apapun dari teman temannya.

“CIELAHHH, SA AE”

“iya gue juga” perkataan Jeje membuat Rachel dan Bianca menoleh bersamaan kearahnya dan menghentikan aktivitas makan sushinya.

“hah?”

“sama Bintang maksudnya”

“GA HERANNN KALO ITU MAH GUE UDAH TAUUU”

Ketiganya sedang berada di restoran sushi sebuah mall. Mereka duduk di meja outdoor, tempat favoritnya sejak dulu. Tempat sushi ini adalah kesukaan Bianca, Jeje, Sherra, dan Rachel sejak tiga tahun lalu mereka pertama kali kesini.

“udah lamaaa banget ngga kesini ya” Bianca duduk dan menjedai sebagian rambutnya.

“iya bener banget, terakhir kesini tuh waktu kita ngapain ya?” Jeje antusias mendengar kenangan mereka beberapa bulan lalu.

“oh itu, waktu kita bolos kelas terakhir mat wajib” sahut Rachel lalu ia tertawa, “ide bagus kan”

“iya, besokannya dipanggil Pak Bayu terus dihukum ditengah lapangan” sambung Bianca lalu ketiganya tertawa berbarengan.

Kelas 11 adalah masa masa mereka nakal nakal nya, lebih tepatnya Rachel sih. Rachel adalah tipikal cewek yang langsung gas terobos. Mulai dari bolos kelas sampe kejar kejaran dengan guru BK pernah mereka jalani. Sebenarnya Jeje dan Bianca tidak menyebabkan masalah, apalagi Sherra yang tukang tidur. Namun mereka tidak mau jika Rachel dihukum sendiri.

“gue akhir akhir ini stress” Rachel mengambil satu batang rokok dari kantong hoodie lalu menyalakannya.

“gara gara nyokap lo?” tanya Bianca langsung paham.

“he eh, biasalah gue kan nggapernah didengerin di rumah” Rachel tersenyum miring, “maunya dingertiin doang tapi ngga bisa ngehargain orang lain, pusing”

“Alex kek nya denger suara gue tengkar sama nyokap, malu sebenernya. Meskipun dia deket sama gue dan tau kalo nyokap gue sering kaya gitu, tapi kan sama aja”

“makanya kenapa gue ngerokok? ya biar ngga stress, kalo pun lo nyuruh gue buat berhenti juga ngga bisa karna ya dengan ini doang setidaknya gue bisa ilangin penat”

“iya, gue ngerti posisi lo kok Chel. Gapapa masih ada kita” Bianca tersenyum lalu menyenderkan kepalanya ke badan Rachel sejenak dan menegakkannya kembali sebagai tanda kalau ia akan ada untuk sahabatnya itu.

“gue juga lagi ngga baik sama bokap nyokap gue” Jeje kali ini membuka suara, “mereka ngga puas ngeliat ranking gue”

“emang rapotan kenaikan kelas kemaren lo ranking berapa?” tanya Bianca.

“tiga”

“buset, gue tujuh belas anjir”

“lo berapa Ca?”

“gue ranking delapan deh kayanya”

“anjir pada sepuluh besar semua, Sherra malah ranking satu padahal tidur mulu”

“nyatanya tuh emang kita broken kids” ujar Jeje.

“kecuali Bianca, sama Sherra sih”

“kata siapaa gue ngga broken anjir”

“gue juga ngga setiap hari haha hihi mulu” Rachel dan Jeje mengganti posisi duduknya untuk mendegarkan Bianca.

“kadang hehe, kalo ga ya huhu, hoho” ujar Bianca sengaja mencairkan suasana. Ia tertawa palsu, karena memang nyatanya ia tidak sedang baik baik saja.

“agak menyesal gitu telinga gue mendengarkan babi satu ini” protes Jeje lalu menyedot minuman nya yang barusaja datang.

Bianca memang tidak pernah menceritakan masalah nya pada teman temannya, karena ia tau mereka juga tidak baik baik saja. Namun sejauh ini, ia tidak merasa sendiri karena sahabat sahabatnya selalu menjadi alasan untuk Bianca tertawa lagi meskipun mereka tidak menghiburnya secara sengaja.

“ketularan Reynand lah, lo lupa dua anak ini otw official” ujar Rachel menaikkan kedua alisnya.

“kek nya gitu” Jeje mengangguk pelan sambil melirik Bianca di hadapannya dengan senyum senyum, “gimana nih sama Reynand, Ca?” tanya Jeje bertepatan dengan makanan mereka datang ke meja.

“hmm, apa ya” Bianca berpikir sejenak sambil memperhatikan pelayan meletakkan makanan ke meja, “so far so good sih, orangnya baik jadi gue enjoy sama dia”

“for real?? ini lo ngga lagi bercanda ria kaya tadi kan?” tanya Rachel mencondongkan badannya untuk mengambil volcano roll di dekat Jeje.

“engga anjir”

“kirain kan lo soalnya ngga pernah deket sama cowo sebelumnya”

“iyalah, bokap gue sendiri aja kaya gitu masa gue bisa percaya sama cowo diluaran sana”

“ya baru reynand doang sih”

ia hanya membalasnya dalam hati.

“jadi lo suka gitu? sama Reynand” ganti Jeje yang bertanya.

“eee, gatau sih kaya nya iyaa” jawab Bianca lalu tersenyum malu malu. Jika urusan percintaan, Bianca tidak menutupi apapun dari teman temannya.

“CIELAHHH, SA AE”

“iya gue juga” perkataan Jeje membuat Rachel dan Bianca menoleh bersamaan kearahnya dan menghentikan aktivitas makan sushinya.

“hah?”

“sama Bintang maksudnya”

“GA HERANNN KALO ITU MAH GUE UDAH TAUUU”

Bianca membuka botol air yang ia ambil dari tas Reynand, namun tidak bisa terbuka. Reynand meraihnya dan membukanya untuk Bianca. Ia barusaja selesai latihan untuk hari ini.

“cupu”

“dih, tutupnya gede tau” protes Bianca yang akhirnya membuat Reynand gemes sendiri.

“WEDEH WEDEH WEDEH SAPE NIH BERDUAAN”

“lah ngapain lo kesini berdua anying?” Reynand bingung tiba tiba ada Alex dan Rachel menghampiri mereka berdua.

“kepo” sahut Rachel.

“hahh?” Bianca juga ikutan bingung.

“kepo sama Satria basketnya gimana, dia kan LAKIK” ujar Rachel bohong, tidak lupa menekankan kata LAKIK.

“gue cemburu sih”

“ih sape lo dajjal? ogah sama lo”

“sama, gue juga ogah sebenrnya” ujar Alex. Keduanya seperti anjing dan kucing, tidak pernah akur. Meskipun mereka sebenernya dekat sebagai teman.

“gajelas lo pada anjir”

“ikut makan ngga lo berdua?” tawar Reynand kepada dua orang temannya yang sedang berdebat di hadapannya itu.

“ANJIR?? UDAH MAU NGEDATEE?” tanya mereka balik secara bersamaan.

“kaloo berempat bukan ngedate namanya monyett” sahut Bianca.

“oh iya, kalo berempat namanya double date kan?”

“Caca sama Rey, gue sama-”

“ngomong lagi, lo bayarin bensin gue”

“Reynand!” Naya menghampiri Reynand.

“eh Nay” sapanya balik, “baru selesai rapat ya?”

“iya, Satria ngga ikutan rapat jadi gue yang handle tadi”

Alex dan Rachel tidak terlalu kenal dengan Naya, jadi mereka hanya melihat sekilas lagi sibuk dengan aktivitas masing masing. Termasuk Bianca.

“ohh, lo pulangnya gimana?”

“gatau sih, naik gojek kek nya” jawab Naya lalu melihat presentasi baterai hp nya.

“jangan naik gojek njir, udah malem”

“terus gimana nih? bareng lo gitu?”

“dihh?” sahut Alex, tapi mulutnya langsung ditutup sama Rachel. Terlalu blak blakan katanya.

“engga, gue mau makan sama temen temen gue sih” jawab Reynand, “lo pesen gocar aja maksudnya”

“PFFTTT” Alex dan Rachel menahan ketawanya mendengar jawaban Reynand. Bianca juga berusaha untuk tidak tertawa.

“huss” ujar Bianca menghentikan Alex dan Rachel, tapi ia sendiri juga ketawa.

Naya jadi malu “eh, o-oke gue ke depan dulu ya Rey bye”

“yoii”

“HAHAAHHAHAHA GATAHAN GUE ANJIR” tawa Alex meledak seketika setelah Naya pergi.

“lah bener kan anjir gue ngomong nyaa?”

“iya iya, udah yuk cabut”

Bianca sudah berada di dalam mobil jazz abu abu milik Reynand. Ia masih sedikit awkward jika hanya berdua didalam mobil seperti ini. Sementara itu Reynand fokus menyetir karena jalanan sore ini lumayan padat, sedangkan Bianca? ia hanya terdiam sambil memandangi cara Reynand mengemudikan mobil yang menurutnya keren. Ia menyetir dengan tangan satu.

Belum ada pembicaraan diantara mereka, sejauh ini yang terdengar adalah alunan lagu 10,000 hours dari music player.

“kok ngelamun?” tanya Reynand menoleh kearah Bianca.

“hah? eh enggak heheh” yang diajak bicara kembali ke alam sadarnya, “lo udah kebiasa nyetir tangan satu doang ya Rey?”

“iya, enak aja lebih nyantai” Reynand kemudian menggerakan persneling di sebelahnya, “ntar pulang mau makan nggak?”

“boleh, kemana?”

“hmm ayam geprek mau?”

“gue nggak bisa makan pedes sih”

“ramen suka ngga?”

“nahhh gas kalo itu”

“oke ntar abis kelar latihan ya”


Suara pantulan bola basket menggema ke seluruh lapangan. Semua anggota tim inti sekolah sudah berkumpul untuk latihan hari ini, beberapa dari mereka mendribble bola basket untuk mengecek udara didalamnya apakah sudah pas atau belum.

“Ca, gue kesana dulu ya? nitip tas sama hp gue” Reynand meletakkan tas nya di sebelah Bianca.

“iyaa siniin, semangat Reynand!”

“semangat” Reynand menirukan Bianca, “kalo haus ambil aja air di dalem tas gue” Bianca tersenyum dan mengangguk paham.

Rasa yang tumbuh didalam hatinya untuk Reynand semakin besar. Bagaimana tidak? sifatnya, tutur katanya, dan perlakuannya pada Bianca benar benar beda dengan Arga yang merupakan papanya sendiri.

“sini lempar ke gue, Sa!” teriak Reynand pada teman se timnya.

Reynand melemparkan bola basket dari garis three points dan masuk ke ring, “anjay keren banget gue!” ia tersenyum bangga. Bianca ikut tersenyum melihatnya.

Reynand kemudian berdiri disebelah pelatihnya dan melihat adik adik kelasnya bermain untuk nantinya dimasukkan ke dalam tim dan bisa ikut main di sport week. Bianca terkagum, hanya berdiri saja Reynand sudah terlihat tampan. Padahal ia tidak melakukan apa apa.

“tuh Reynand latihan, lo ngga mau nontonin dulu?”

“yaudah, duduk situ aja”

“lo sekalian minta anter pulang sabi sih Nay, kali aja bisa lebih deket”

“iya ntar aja kalo udah selesai latihannya”

Bianca mendengar percakapan kedua orang yang nggak jauh dari tempatnya. Naya dan temannya. Sebenarnya sejak beberapa hari lalu dibuat bertanya tanya dengan Naya, apakah ia orang yang membicarakan Reynand di toilet atau bukan?

“Caca!”

“ehh Sherra kok lo disini?” tanya Bianca yang dihampiri Sherra.

“rapat, biasalah”

“oh gitu, udah dijemput lo?”

“udahh, itu dideket satpam”

“yaudah sana pulang daripada lo ditungguin”

“iya, duluan ya Caa”

Bianca sudah berada di dalam mobil jazz abu abu milik Reynand. Ia masih sedikit awkward jika hanya berdua didalam mobil seperti ini. Sementara itu Reynand fokus menyetir karena jalanan sore ini lumayan padat, sedangkan Bianca? ia hanya terdiam sambil memandangi cara Reynand mengemudikan mobil yang menurutnya keren. Ia menyetir dengan tangan satu.

Belum ada pembicaraan diantara mereka, sejauh ini yang terdengar adalah alunan lagu 10,000 hours dari music player.

“kok ngelamun?” tanya Reynand menoleh kearah Bianca.

“hah? eh enggak heheh” yang diajak bicara kembali ke alam sadarnya, “lo udah kebiasa nyetir tangan satu doang ya Rey?”

“iya, enak aja lebih nyantai” Reynand kemudian menggerakan persneling di sebelahnya, “ntar pulang mau makan nggak?”

“boleh, kemana?”

“hmm ayam geprek mau?”

“gue nggak bisa makan pedes sih”

“ramen suka ngga?”

“nahhh gas kalo itu”

“oke ntar abis kelar latihan ya”


Suara pantulan bola basket menggema ke seluruh lapangan. Semua anggota tim inti sekolah sudah berkumpul untuk latihan hari ini, beberapa dari mereka mendribble bola basket untuk mengecek udara didalamnya apakah sudah pas atau belum.

“Ca, gue kesana dulu ya? nitip tas sama hp gue” Reynand meletakkan tas nya di sebelah Bianca.

“iyaa siniin, semangat Reynand!”

“semangat” Reynand menirukan Bianca, “kalo haus ambil aja air di dalem tas gue” Bianca tersenyum dan mengangguk paham.

Rasa yang tumbuh didalam hatinya untuk Reynand semakin besar. Bagaimana tidak? sifatnya, tutur katanya, dan perlakuannya pada Bianca benar benar beda dengan Arga yang merupakan papanya sendiri.

“sini lempar ke gue, Sa!” teriak Reynand pada teman se timnya.

Reynand melemparkan bola basket dari garis three points dan masuk ke ring, “anjay keren banget gue!” ia tersenyum bangga. Bianca ikut tersenyum melihatnya.

Reynand kemudian berdiri disebelah pelatihnya dan melihat adik adik kelasnya bermain untuk nantinya dimasukkan ke dalam tim dan bisa ikut main di sport week. Bianca terkagum, hanya berdiri saja Reynand sudah terlihat tampan. Padahal ia tidak melakukan apa apa.

“tuh Reynand latihan, lo ngga mau nontonin dulu?”

“yaudah, duduk situ aja”

“lo sekalian minta anter pulang sabi sih Nay, kali aja bisa lebih deket”

“iya ntar aja kalo udah selesai latihannya”

Bianca mendengar percakapan kedua orang yang nggak jauh dari tempatnya. Naya dan temannya. Sebenarnya sejak beberapa hari lalu dibuat bertanya tanya dengan Naya, apakah ia orang yang membicarakan Reynand di toilet atau bukan?

“Caca!”

“ehh Sherra kok lo disini?” tanya Bianca yang dihampiri Sherra.

“rapat, biasalah”

“oh gitu, udah dijemput lo?”

“udahh, itu dideket satpam”

“yaudah sana pulang daripada lo ditungguin”

“iya, duluan ya Caa”