aeri

writing purpose for alternate universe

Makanan yang dipesankan oleh Anita sudah datang. Reynand membawa tumpukan kotak makanan dari gofud ke atas meja makan.

“maaa, udah dateng nih makanannya” Reynand memanggil Anita yang masih berada di kamar.

“Ca, ayo lo makan dulu sini” Reynand gantian memanggil Bianca yang masih belajar di ruang tengah, “oh iya, bentar bentar”

Bianca kemudian menyusul Reynand menuju ke meja makan, “anjir Rey banyak banget makanannya”

Di meja makan sudah ada berbagai macam makanan seperti ayam goreng dari restoran cepat saji beserta kentang goreng, nugget, dan ada juga toppoki lengkap dengan keju mozzarella diatasnya.

“iya, mama kalo beli makanan selalu banhyak banget, padahal yang makan cuma kita bertiga” ujar Reynand lalu terkekeh.

“wihh bau nya enak banget” Anita berjalan ke dapur sambil menghirup wangi dari ayam goreng yang barusaja dibuka bungkusnya.

“Rey mama ambilin piring sama kasih nasi dikit aja”

“Bianca kalo mau nasi minta tolong Reynand ambilin ngga papa” ujar Anita kepada Bianca yang duduk di depannya.

“iya lo mau ca?”

“engga engga gausah, tadi dirumah udah makan makan nasi” tolak Bianca dengan sopan.

“yakin? ngga laper lagi nanti?”

“engga tan, udah Caca makan ini aja” Di piring Bianca sudah ada paha ayam serta nuggey dan kentang goreng. Menurutnya sudah cukup untuk mengisi perutnya.

“yokk makan yokk” Reynand kemudian menarik kursi di sebelah Bianca dan duduk. Bianca menunggu Anita melahap makananya, baru ia makan miliknya.

“udah berapa lama kamu sama Rey, Ca?” tanya Anita di sela sela makannya.

Bianca melirik Reynand sekilas, “hmm udah tiga bulan kayanya tan”

“lah lama juga ya”

“kamu kok baru ngajakin Caca ke sini sih dek? padahal udah lama loh pacarannya”

“sibuk ma, ngga sempet hehehe” Reynand tertawa pelan lalu mencomot kentang goreng di piring.

Anita geleng geleng kepala, “ini pasti basket mulu ya Ca?” Ia ganti bertanya ke Bianca.

“iya tan, sampe waktu itu dia lupa kalo udah janjian sama Caca buat pulang bareng” Bianca cekikikan berganti menjahili Reynand.

“ih engga yaa itu dadakan tau disuruh sama coach latihan”

“beda tipis Rey”

“dih, dasar”

Anita tertawa melihat tingkah dua anak remaja di depannya, “baik baik terus ya kalian ini berdua, Caca kalo Reynand macem macem bilang ke tante ya biar ntar PC nya dijual aja jadi ngga usah main game”

“iya tante beres” Bianca tertawa sambil mengangguk paham.

“hadeeh hadeeh kalo aku cowo sendiri ya gini nih, pasti kena bully”

“ya gantian, biasanya lo yang suka jahilin gue kan” balas Bianca samnil menyenggol pelan lengan Reynand.

“iyain deeeeh, cewe selalu bener”

“lah emang cowo itu banyak salah nya” sahut Anita.

“papa kamu sering salah kalo pake dasi buat ke kampus, malah pake dasi kupu kupu”

“kamu juga kalo makan sereal juga ketuker sama makanannya leon, untung mama sering ingetin”

Yak Reynand kena double kill sama mamanya sendiri. Bianca tertawa sampai mengeluarkan air mata. Ia tidak menyangka Reynand bisa seperti itu.

“ma plis kok jadi buka kartu ini? ntar image ganteng dan keren ku ternodai tau” ujar Reynand pada mamanya yang terlihat sangat puas mengusili anaknya itu.

Bianca tersenyum gemas melihat Reynand dan Anita yang sangat akrab. Pikirannya langsung flashback pada ingatannya setahun lalu dimana suasana rumahnya terlihat nyaman dan bahagia. Ia ingat dulu pernah sedekat itu dengan Vivianne, mamanya dan pernah menjadikan Arga, ayahnya sebagai cinta pertamanya. Namun sayangnya semua sudah berubah sekarang.

“kalo udah selesai makan piringnya taruh di pantry aja ya, biar nanti Mbak Lia yang cuci cuci” Anita berdiri dari kursi sambil membawa piring kotor miliknya.

“Caca aja yang cuci piring tan” ujar Bianca lalu menumpuk piringnya diatas piring Reynand.

“kamu lanjutin belajarnya aja nak”

“ngga papa tan” Bianca tersenyum, “Caca aja yang bersihin” Akhirnya Anita membiarkannya mencuci piring.

Reynand disebelahnya hanya senyum senyum gajelas. Ia merasa Bianca hari ini lucu banget.

“mama lo beli makanannya tadi dimana sih Rey?” tanya Bianca sambil menyalakan keran air.

“kenapa? enak ya?” Reynand kemudian berdiri di sebelah Bianca sambil menumpu tangannya di meja.

“iya banget banget, toppoki nya enakkk”

Reynand tersenyum gemas mendengar penuturan Bianca, “kapan kapan kesini lsgi deh, biar dipesenin mama makanan lagi”

“ngga enak lah, ntar tante Anita yang gue masakin”

“nahhh itu gue juga mau sih, yang banyak ya Ca”

“males, buat mama nya aja soalnya anaknya ngeselin”

“ngeselin tapi dipacarin, gimana tuh??”

“yaudah diputusin” jawab Bianca asal asalan.

“heh, asal nyeplos aja babi” Bianca tertawa kecil mendengar jawaban Reynand.

“rambut lo kena air nih, nyiprat nyiprat” Reynand menyibakkan rambut Bianca ke punggungnya.

“kalo pacar sih diiketin ya”

“KALO PACAR”

“haishhh, sini mana iket rambutnya” Bianca mengulurkan tangan kanannya agar Reynand bisa mengambil karet rambut hitam di pergelangan tangannya, “kok tumben lo bawal gini? biasanya cuma senyum doang” tanya Reynand sambil mengumpulkan rambut perempuan di depannya.

“ya nggapapa, lagi seneng aja” Reynand tidak menjawab lagi, ia sibuk mengikat rambut panjang Bianca.

“kok lsma sih ngiketnya?” Bianca menoleh ke belakang.

“gue kepang, bentar jangan gerak gerak”

“astaga”

“mamaaa” seru Reynand seraya membuka pintu rumahnya.

“apa dek?? katanya mau pergi kok balik lagi”

“ngga jadi ma, di rumah aja” jawab Reynand lalu meletakkan kunci mobilnya di atas rak sepatu. Bianca berdiri di belakang Reynand, ia bingung mendengar percakapan Reynand dengan mamanya.

“oh kesini sama temennya” seorang wanita paruh baya berjalan keluar dari dapur sambil tersenyum hangat melihat anaknya masuk ke dalam rumah bersama Bianca.

“temen? oh tentu bukan, kenalin ma ini Caca” Reynand menggeser badannya agar Bianca bisa bertemu dengan Anita mamanya, “pacar aku” Ia kemudian merangkul pundak perempuan disebelahnya itu. Mata Bianca terbelalak kaget.

“ohhh pacar, halo Caca” Anita menanggapinya dengan lembut.

“halo tante, nama sama Bianca hehe panggil aja Caca” Bianca menyalami tangan Anita dan membuat senyum tipis di bibirnya.

“aduh cantik banget”

“ini yang waktu itu kita dikasih brownies ituloh ma” jelas Reynand sambil cengengesan.

“iya iya, enak banget tau brownies nya”

“eh, makasih tan”

“maaf ya makanannya ngga ada, bentar tante pesenin gofud” Anita mengganti topik pembicaraan mereka agae tidak canggung.

“ngga usah repot repot tan, ngga papa”

“loh jangan jangan, udah kamu duduk aja dulu” pinta Anita dengan nada yang lembut, “dek itu Caca disuruh duduk dong”

“iyaa, sini caa” Reynand menepuk nepuk pelan sofa yang ia duduki.

“tante ke kamar dulu ya mau lanjutin drakor, Rey nanti kalo gofud nya dateng uangnya bilangin ke mbak Lia ya mama taruh di meja” pesan Anita sambil mengintip dari balik pintu kamar nya, “beres maa” Reynand mengangkat jempolnya.

“thankyou ya tante udah dibeliin makanan” Bianca berterimakasih kepada Anita dengan sedikit canggung karena mereka baru bertemu hari ini. Anita hanya mengangguk pelan lalu menutup pintu kamarnya.

Bianca menolej ke arah Reynand di sebelahnya yang lagi cengengesan, “ulah lo ya ini semua?”

“HEHEHEHEEHEH”

“dasar bikin orang deg deg an” Bianca mencubit perut Reynand beberapa kali, “aduh iya iya maaf sakit Ca! Ampun!”

“bisa bisa nya bilang keceplosan ke mama, terus katanya mama yang suruh kesini”

“padahal aslinya sih mama ngga ngomong apa apa, cuma nge iyain aja waktu gue bilang mau keluar” Reynand tertawa keras sambil berjaga jaga jika Bianca akan mencubitnya lagi.

“yakannnn, dasaaaaaaar” Bianca mau mencubit Reynand lagi.

“iya iya iyaaaa ampUuunnnn, yaudah ayo katanya lo mau belajar” Reynand menahan kedua tangan Bianca sebelum mencubit perutnya lagi.

“lo ngga belajar??” tanya Bianca pada Reynand sambil mengeluarkan ipadnya.

“lah  ngapain?”

“ya soalnya h-2 mid term test???”

“ntar h-1 baru belajar”

“dasarrr”

“muka lo kaya donald duck, cemberut mulu”

“muka lo kaya keledak shrek”

“muka lo kaya kodok”

“muka lo kaya kuda”

“diem anjing, berisik” Bintang menyela kedua teman temannya yang saling mengejek satu sama lain.

“muka lo kaya princess jasmine” Alex balik meledek Bintang.

“hah? darimananya fak?”

“gatau, instict gue sih”

“yeee, muka lo kaya ayam” balas Bintang.

“muka lo kaya kodok”

“dih kaya Rey dong? gue lebih ganteng”

“njir? gue kaya justin bieber gini harusnya lo iri sama gue” balas Reynand tidak mau kalah.

“muka lo satu satu mirip lalat” ejek Rachel berjalan melewati ketiganya. Mereka bertiga terdiam.

“kantin yok, Ca, Sher, Je” Rachel tidak mempedulikan Bintang, Reynand, dan Alex.

“muka lalat kaya gimane anjir?” Reynand menatap kedua temannya secara bergantian.

“gatau njir, lo pernah liat?” tanya Bintang kepada Reynand.

“kaga lah, lo?” Reynand berganti bertanya ke Alex, “kaga”

“woi chel! lo gajelas!” teriak Alex pada Rachel, namun yang diteriaki sudah keluar dari kelas.

“untung aja ngga denger” Alex cengengesan.

“eh iya bentar” Reynand tiba tiba ngacir keluar kelas.

“Ca, makan sama gue ya? gue mau ngomong sesuatu” Reynand menyusul Bianca dan teman temannya yang barusaja keluar kelas.

“t-tapi gue mau makan sama—” Bianca menolak karena masih awkward dengan Reynand.

“lo mah aneh, diajak makan berdua malah ngga mau” ujar Sherra ceplas ceplos, “sono” Sherra mendorong Bianca pelan.

“yuk?” ajak Reynand. “a-ayo”

Mereka berjalan menelusuri lorong kelas menuju ke kantin tanpa ada perbincangan, terasa sangat canggun kalo diliat liat ya.

“ngga mau gandeng tangan gue?” Reynand membuka pembicaraan.

“nggak lah, ini masih di sekolah kalo lo lupa” tolak Bianca mentah mentah membuat Reynand tertawa, “lo mau ngomong apa emang?” tanya Bianca.

“i love you” jawab Reynand cepat.

“Rey gue lagi sebel sama lo, jangan bikin gue makin kesel”

“iya iya bercanda” Reynand masih tertawa cekikikan. Mereka lalu duduk di salah satu meja kantin setelah membeli sandwich.

“i wanna say sorry, about yesterday” Reynand menyedot sedikit minumannya lalu menatap kedua mata Bianca untuk meminta maaf, Ia terlihat serius.

“gue yang salah udah gandengan sama Naya, terus udah nge iya in dia buat bareng kemaren”

“sorry juga udah marah marah kemarin” Reynand tersenyum tipis.

Sementara itu tidak jauh dari mereka berdua, ada Alex, Sherra, Rachel, Bintang dan Jeje yang duduk satu meja sambil menguping pembicaraan Reynand dan Bianca meskipun tidak terdengar karena gaduhnya suasana kantin.

“udah baikan ini?” tanya Alex sambil mencoba mendengarkan pembicaraan mereka berdua.

“gatau deh, ngga denger” jawab Jeje yang juga kepo.

“pake ini coba” Alex mengambil sedotan dari gelas minumannya.

“tolol” ledek Bintang lalu memukul tangan Alex, “yahhh, jatoh anjir sedotan gue”

“eh eh itu Naya ngapain?”

“biasalah, caper” jawab Rachel enteng setelah melihat Naya yang berdiri di sebelah Reynand.

“halo Rey”

“oitt”

“boleh gabung ngga??” tanya Naya.

“iya boleh” jawaban Reynand membuat kedua mata Bianca membesar.

“yuk Ca” Reynand berdiri dari kursi, “gue cabut ya Nay, mau ke temen temen”

“lah gimana?”

“pake aja mejanya, gue sama pacar gue udah kelar kok” jawab Reynand lalu menggandeng tangan Bianca.

“HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA” Alex, Bintang dan yang lainya kompak tertawa keras.

Satria keluar dari mobilnya lalu menghampiri Bianca. Ia tersenyum tipis begitu melihat Bianca jeluar dari gerbang rumahnya.

“dragon roll yakan?” Satria menyerahkan paperbag berisi sushi tersebut kepada Bianca.

“thankyou ya, Sa” ucap Bianca berterimakasih pada Satria, “sama sama”

“ee by the way Bi, can i get your number?” tanya Satria mengganti topik pembicaraan, “i mean your insta username, sorry”

“gue ngga hafal username gue sih Sa, ig lo aja apa ntar gue follow”

“raymondsatria disambung semua

“oh okay, ntar gue follow ya soalnya hp gue di charge di kamar”

“alright yaudah lo masuk gih, gue balik dulu ya Bianca” Satria pamit.

“iya, thankyou banget ya Satria” Bianca melambaikan tangannya, “drive safe”

“i will, byee” Satria masuk ke mobil dan pergi menjauhi rumah Bianca.

Reynand terdiam di dalam mobilnya, melihat pacarnya yang sedang asyik berbincang dengan Satria di depan rumah. Niatnya untuk memberikan sushi pun diurungkan, ia mendenguskan nafas kesal.

“tau gini gue ngga usah repot repot ke sushi house anjing” Reynand akhirnya memutar balikkan mobilnya keluar dari jalan rumah Bianca. Awalnya Reynand juga berencana untuk meminta maaf padanya atas kejadian tadi di mobil, namun semuanya ia batalkan saat ada Satria di depan rumah pacarnya.

“bisa jalan ngga?”

“bisa kok, cuma nyeri aja” jawab Reynand. Bianca memegangi tangan Reynand untuk membantunya berjalan.

“lo hebat bangett, congrats ya Reynand” puji Bianca. “thankyouu Cacaa” jawab Reynand tersenyum lebar.

“ayo liat Alex sama Bintang manggung”

Suasana lapangan depan terlihat ramai. Bintang sudah berdiri di atas panggung bersama anak band yang lain.

“SELAMAT MALAM SEMUA!” sapa Bintang dibalas sorakan penonton yang meriah. Alex mulai memukul drumnya dan intro lagu pun terdengar.

kucari tau tentangmu tanggal dan tahun lahirmu kupelajari rasi bintang menebak pribadimu tokoh kartun favoritmu dan warna kegemaranmu kutelusuri di titik mana kita kan bertemu

“ANJAAAAY, PACAR LO NOH JE” seru Reynand sambil menikmati lagu.

Bianca terlihat menikmati lagu yang dinyanyikan Bintang, ia menggoyangkan badannya kekanan dan kekiri tanpa sadar. Reynand juga mengikuti gerakan badan Bianca ikut menyanyi. Mereka terbawa oleh suasana malam ini.

bius aku dengan tatapan mu, tatapanmu

Reynand menoleh sebelah kanannya bertepatan dengan Bianca juga menoleh kearahnya, “iya ya, terbius banget gue anjir”

Bianca memukul lengan Reynand, “aduh anjir!”

“kebiasaan, gombal mulu”


Reynand, Bianca dan teman temannya sudah bersiap untuk pulang karena acara malam ini sudah usai.

“KERENN KEREEEN PECAHH BANGET” Rachel memberikan jempol ke arah Alex dan Bintang.

“lo ngedrum kaya orang main gendang tadi Al, dung tak dung” ujar Reynand.

“buta lo mata lo, jelas jelas aura gue keluar banget tadi udah kaya pangeran” jawab Alex dengan pedenya, “lagian namanya main drum ya pake stick anjir, mana ada dimaininya dipukul kaya gendang”

“udah bubar bubar pulang”

“dihh, bilang aja mau pacaran” sindir Alex memajukan mulutnya julid.

“iya, kok lo tau sihhh” jawab Bintang dengan senyum senyum.

“Chel gue pulang bareng lo deh”

“eh eh engga, yaudah ayo pulang” Bintang menahan tangan Jeje.

“CIEEEEEEEEEE” ledek Alex, Rachel, Reynand, dan Bianca secara bersamaan melihat kelakuan dua orang temannya itu.

“Reynand, gue bisa pulang bareng lo ngga?” Naya tiba tiba menghampiri mereka.

“lah lo bukannya masih nugas OSIS?” jawab Rachel cepat, ia kesal bisa bisa nya Naya mendekati Reynand lagi.

“gue agak ngga enak badan” ujar Naya sambil memegangi leher nya. Rachel memutar bola matanya malas. Ia sudah bisa menebak maksud tersembunyi Naya. Alex, Bintang, dan Jeje hanya bisa saling liat liatan.

“yaudah ayo” Bianca terkejut mendengar jawaban Reynand untuk Naya.

“GOBLOK” umpat Bintang untuk Reynand, “sorry sorry, Alex nginjak kaki gue nih” Bintang kemudian berpura pura kakinya di injak Alex. Alex hanya mengiyakan saja sambil nyengir.


Di dalam mobil, mereka bertiga hanya diem diem an. Bianca sangat malas berada di pisisi seperti ini, dimana seharusnya hanya ada dirinya dan Reynand berdua.

“obat apa ya Rey, buat sakit kepala?” Naya membuka pembicaraan.

“google deh Nay” Bianca menjawab dengan sewot. Reynand menoleh sekilas ke Bianca.

“oh, oke” Naya kembali bersandar di kursinya kesal.

“kaki lo masih sakit Rey?” tanya Naya lagi membuat Bianca makin kesal, “iya, udah ngga–”

“ini rumah lo masih jauh ngga Nay? kalo iya gue anterin balik dulu Rey, dikit lagi ngelewatin perumahan gue soalnya” potong Bianca sambil melihat kearah Reynand.

“engga, gue nganter Naya pulang dulu. Ini udah deket” jawab Reynand singkat.

Bianca diam disepanjang perjalanan pulang menuju ke rumahnya setelah dari rumah Naya. Hingga tidak lama mobil Reynand sudah masuk di blok rumahnya.

“lo katanya janji mau jelasin ke gue soal kemaren, kok malah nganterin Naya pulang?” tanya Bianca to the point.

“gue tadi udah dibantuin Ca, ngga mungkin kan gue nolak dia buat bareng” Reynand kemudian memindahkan persneling mobil untuk berhenti.

“kan lo bisa pesenin dia gocar atau gojek?”

“lo pacarannya emang sama gue apa sama Naya? kok kayanya deket banget”

“kok lo ngomongnya gitu sih Ca?”

“gue juga tau ya Rey, lo nebengin Naya ke sekolah kan kemaren?”

“terus juga yang gandengan tangan dimasukkin story ig, ga make sense banget alesannya kaya begitu”

“iya Ca emang gue ngga tau kalo dia posting itu, Naya juga kemarin hampir kesrempet motor jadi dia refleks gituloh”

“soal yang dia nebeng, itu awalnya gue beneran berangkat sendiri kaya biasa terus gue liat dia dipinggir jalan sama mobilnya”

“akhirnya dia bareng terus mobilnya dipulangin sopirnya”

“gue ngga suka ya Rey sama Naya”

“dia lagi kesulitan Ca, gue ngga enak kalo ngga bantuin”

“emang harus lo? masih ada kan temen temen nya yang lain, dia kan banyak temennya”

“iyaa, gue cuma bantuin doang Ca seriusan”

“iya deh Rey, terserah lo. Thanks udah anter pulang” Bianca kemudian keluar dari mobil Reynand.

“Ca, Caca!”

“anjing”

“ngapain lo senyum senyum anjir?!!” Satria ikut ktletawa melihat Reynand yang fokus mengetik lalu secara tidak sadar senyum senyum sendiri.

“hehehe, ini bales chat nya Caca” jawab Reynand lalu mengantongi kembali hpnya.

“eh iya ngomong ngomong soal Caca, gue sempet anter dia pulang waktu itu” ujar Satria. Reynand sedikit kaget mendengarnya.

“hah kapan??”

“udah lama sih, yang waktu itu kita latkhan dadakan” jelas Satria, “dia sendirian di lobby terus gue kan ijin sama coach buat pulang bentar, nah gue ketemu dia”

“dia pesen go car tapi dicancel mulu, akhirnya yaudah gue anter”

“oh iya ya, yang waktu itu” Reynand mengangguk paham.

“eh bentar bentar gue liat anak OSIS di luar dulu ya Rey”

“oke oke Sa”

Naya, Sherra, dan satu orang dari OSIS masuk ke dalam lapangan indoor, mereka datang bersama tim dari sekolah lain yang menjadi lawan nantinya, “ini bench kslian ya, ntar kalo apa apa ke ruangan itu aja ada PMR” Naya mengarahkan mereka.

“oh iya, ini tim dari sekolah kita. Bisa salaman dulu mungkin” Naya mempersilahkan kedua belah tim untuk saling berjabat tangan.

“bisa ke gue kalo butuh apa apa” sambung Sherra, “20 menit lagi pertandingan mulai, jadi bisa siap siap”

“eh Rey” sapa Naya begitu melihat Reynand.

“yoit” jawab Reynand singkat. Naya lalu berjalan menghampirinya. Sherra yang melihatnya memutar bola matanya malas, “Nay, kita disuruh ngecek panggung”

“bukannya udah diurus sama sekbid lain?”

Seolah mengerti situasi, walkie talkie yang dipegang Naya dan Sherra berbunyi, “cek cek, Naya ke lapangan sekarang Nay!”

“nih lo dipanggil buktinya” jawab Sherra enteng.

“yaudah, cabut dulu ya Rey” pamit Naya dengan perasaan dongkol.

“iya, santuy”


“Reynand!” seru Bianca berjalan dari pintu masuk. Ia barusaja sampai bareng Jeje dan Rachel.

“gue ke tribun ya Ca sama Jeje” pamit Rachel lalu ia berdua naik ke atas.

“heeey” sapa Reynand balik dengan senang begitu melihat Bianca berada di depannya sekarang.

“udah mau mulai ya?”

“iya, tos dulu” Mereka melakukan tos andalannya.

“semangat!” Bianca tersenyum lebar sambil mengepalkan tangan. Reynand mengikuti gaya Bianca sambil tertawa lalu memakaikan baseball capnya ke kepala pacarnya itu, “yaudah sana ke tribun, gue mau ke coach dulu”

“okeee, love u”

“eh Ca, ntar baliknya lo sama gue ya!” seru Reynand dan mendapatkan balasan jempol dari Bianca. Banyak orang yang menyaksikan ke uwu an mereka berdua tanpa keduanya sadari.

Rachel dan Jeje memperhstikan kedua remaja yang sedang kasmaran itu, “Caca keliatan sayang banget ngga sih sama Rey?” tanya Jeje kepada Rachel disebelahnya.

“iya, Rey juga keliatan tulus banget sama Caca” jawab Rachel.

“tapi story Naya kemarin? He needs to explain ke Caca sih”

“iyalah, awas aja kalo sampe Caca sedih gara gara dia doang anjir”

Tribun sudah dipenuhi penonton. Pertandingan pun akan dimulai. Reynand melepaskan jaketnya dan mengikat rambutnya, seketika ia menjadi pusat perhatian banyak orang.

ganteng banget anjir jersey 25

aduh ngga kuat, sumpah keren banget

lo kenal dia ngga? jersey 25

kak rey itu

Mendengar pembicaraan orang orang di dekatnya membuat Bianca tertawa. Reynand memang terlihat memukau jika sudah dalam mode main basket, bahkan dia lari larian doang aja ganteng.


Quarter demi quarter berlalu hingga sampai ke quarter terakhir. Wasit memberikan instruksi untuk istirahat.

“Satria lo ngga usah main, istirahat aja terus siap siap buat live music aja ya coach?” ujar Reynand kepada coachnya.

“yakin lo?” tanya Satria memandang Reynand tidak yakin.

“iya, gampang aja Rian sama cadangan kan” Reynand kemudian meneguk sedikit air dari botol yang dipegangnya.

“yaudah, yok last quarter bisa yok” Satria memeluk anggota timnya.

Kedua tim masuk kembali ke lapangan untuk menyelesaikan pertandingan. Poin sementara 35-31 untuk tim tuan rumah.

“fix ini menang sih gue yakin” ujar Rachel kemudian menyedot minumannya.

“iya tapi beda poinnya juga ngga jauh” jawab Bianca sambil menoleh ke papan poin di depannya.

“Reynand kuat banget sih main terus dari awal sampe sekarang” puji Jeje.

“iyalahh, pacar gue” jawab Bianca dengan bangganya, membuat kedua temannya kaget.

“njir???bucin”

“jangan serius serius anying, gue ikut tegang nih”

“sama, gue greget poinnya deketan mulu”

Pertandingan berlangsung sangat ketat, tim lawan tidak memberikan celah untuk Reynand dan yang lainnya meneribos pertahanan mereka, sedangkan yang lainnya juga bergerak cepat merebut bola. Reynand berhasil mendapatkan operan bola dari sesama timnya. Ia bergegas melangkah mendekati ring untik mencetak poin namun dihalangi.  Ia terus mencari celah hingga akhirnya pihak lawan lengah dan Reynand menerobos maju. Namun sayangnya, ia terjatuh karena menghindari lawan dan tersandung oleh kakinya.

“anjirrrrr” pekik Rachel. Bianca tampak khawatir melihat Reynand yang sedang digotong oleh beberapa orang menuju ke bench.

Naya menghampiri Reynand lalu memberikan botol air minum, “ini minum dulu Rey”. Reynand menerima botol air dari Naya dan meminumnya, “thanks Nay”

Bianca memperhatikan interaksi mereka berdua dari atas, ada sedikit kekesalan di dalam hatinya.


“YA! DAN PEMENANG SPORT WEEK TAHUN INI DIPEGANG OLEH SMA HARAPAN BANGSA!”

Para penonton bersorak kegirangan mendengar pengumuman dari komentator. “YEEEEEE” Bianca, Rachel, dan Jeje melompat lompat senang.

“yaudah yuk ke live music, ntar ngga dapet tempat duduk” ajak Rachel cepat.

“ayo ayo”

“lo duluan ya guys, gue ke Reynand dulu”

“yaudah ntar gue chat ya biar lo tau duduk nya dimana”

“beres deh”

“sore gini mau jalan jalan ga, Sya?” tanya Sena dengan wajah yang gembira.

“engga”

Wajahnya kembali datar setelah mendengar jawaban Resya, “dih? biasanya mau”

“lo baru aja muntah ya Sena, malah minta keluar” perempuan itu menjawab tanpa melihat Sena.

“biar fresh” Sena kemudian duduk di sebelah Resya yang sedang menata ulang kotak obat milik laki laki berumur 19 tahun itu.

“mendung tuh, besok aja” jawab Resya sambil menggunting bungkus pil yang sudah kosong, “udah jam tujuh juga, malah malem ini bukan sore lagi”

“ada payung” jawab Sena masih memperhatikan Resya sibuk sama banyak jenis pil, tablet, dan kawan kawannya itu.

Resya menatap Sena sebentar, “dirumah aja Sen, batu banget deh” lalu melanjutkan aktivitasnya kembali.

Sena langsung berdiri, “yaudah gue sendirian aja kalo lo ngga mau” Ia langsung jalan mau keluar dari pintu rumah. Dasar kepala batu, batin Resya kesal.

“heh Sena!” Resya buru buru keluar menyusul Sena, “anjir punya pacar ngga bisa diem bentar doang”

Langit sedang menurunkan banyak tetesan air ke bumi. Resya mendongak keatas lalu tiba tiba tangannya sudah ditarik Sena untuk berteduh di sebuah gazebo.

“akhirnya hujan” Resya memandang ke arah langit.

“makanya, enak tau diluar kalo lagi ujan gini. Daripada dirumah mulu, minum obat mulu, kalo ngga ya cuma kontrol di rumah sakit”

“ih, itu semua biar lo sembuh Sen” Resya menoleh kesal ke arah laki laki yang sudah bersamanya selama tiga tahun belakangan ini. Matanya teduh menatap rintik air hujan yang jatuh membasahi sepatu putih nya.

“dingin ngga?” tanya Resya. Arsena hanya menggelengkan kepalanya.

“ntar gue masakin yang anget—bentar bentar gue bawa tissue” Resya buru buru membuka tasnya begitu melihat hidung Sena mengeluarkan cairan merah pekat.

“ngg-nggakpapa” Arsena mendongakkan kepalanya.

“diem” Resya menggulung selembar tissue agar bisa dimasukkan ke dalam lubang hidung Sena untuk menahan darah yang keluar.

Hening, tidak ada pembicaraan lagi. Resya terdiam menikmati hujan, begitu juga Sena yang malah tersenyum tipis memperhatikan pacarnya yang suka sekali dengan hujan.

“Resya” panggil Sena. Yang dipanggil menoleh ke asal suara, “kenapa? nggak enak lagi ya badannya? ayo pulang, pake jaket gue”

“makasih ya Sya” Sena tersenyum lebar menatap seseorang yang sudah setia menemaninya itu. Naresya Auristela, perempuan dengan mata coklat dan rambut panjang yang senada dengan bola matanya itu adalah dunia nya Arsena. Ia mungkin galak dan terkesan membatasi ruang gerak Sena, namun jauh didalam hati Resya sebenarnya ia takut Sena pergi. Karena dunia Resya jugalah Arsena.

“makasih ya, udah mau nemenin”

“gue ngga tau lagi kalo bukan lo yang jadi pacar gue bakal gimana sekarang”

“makasih ya, udah mau ke rumah gue setiap hari, mau bikinin makanan, nemenin belajar, check up di rumah sakit, transfusi darah” Sena meraih telapak tangan Resya dan menggenggamnnya Ia merasa tenang.

“makasih juga udah mau sabar sama gue kalo gue bawel ngga mau minum obat, makasih udah mau bertahan sama gue meskipun banyak alasan buat lo ninggalin gue” Sena memandang kedua bola mata Resya lekat lekat, seperti tidak akan melihatnya lagi setelah ini. 

“sama sama, Arsena” Resya tersenyum tipis. Ia menempelkan telapak tangannya ke dahi Arsena, “badan lo panas Sen, ayo pulang”

“ngga mau” Arsena memeluk tubuh mungil Resya, “gini dulu aja, sampe hujannya reda ya hehehe”

“Sen” panggil Resya pelan, “hm?”

“lo pasti capek ya kaya gini terus?”

“iya, gue kalo bisa nyerah sekarang ya gue milih nyerah aja Sya” Aresya menepuk nepuk badan Resya, seperti menidurkan anak kecil.

“tapi ada lo yang bikin gue bertahan selama ini, jadi gue mikir dua kali kalo mau nyerah”

“ya gimana ya Sya, lo tuh kaya nya emang jodoh gue tau” Resya tertawa pelan mendengar penuturan Sena, “maksudnya, ya gue sesayang itu sama lo. Agak ngga nyambung ya sama pertanyaan lo” Sena gantian tertawa. Ia mengeluarkan tissue dari hidungnya, hampir seluruh lapisannya dipenuhi darah.

“mau tissue lagi?” tawar Resya.

“engga, udah berenti kok”

“Resya, lo harus bahagia terus ya kalo ntar gue udah ngga ada”

“heh mulut lo”

“engga seriusan ini” Sena menjawab cepat, “lo harus ketemu sama orang baru yang bisa jadi bahu buat lo bersandar kaya gue gini, lo harus nemuin yang lebih baik dari gue nantinya kalo gue harus pergi dulu”

Suara guntur tiba tiba menggelegar ditengah pembicaraan mereka, lalu hujan turun lebih deras lagi.

“ngga ada yang bisa gantiin lo Sen, ngga ada yang lebih baik dari lo, dan lo ngga bakal pergi kemana mana” jawab Resya dengan suara yang bergetar.

“lo tuh harus nepatin janji tau, Sen”

“janji apa coba?”

“nightdrive, kalo lo sama dokter udah dibolehin nyetir mobil”

“oh iya ya, sekarang aja gue bisa nyetir mobil”

“ngga boleh dulu anjir, tadi di rumah abis muntah terus sekarang baru selesai mimisan. Badan lo masih belum pulih”

“bawel”

“itu mah elo nyet”

“heeheheh” Sena malah cengengesan, “bahagia terus ya Sya, meskipun nanti gue ngga ada”

“gue ngga tau sampai kapan gue bertahan, tapi yang jelas gue bakal berusaha demi lo. Gue sayang sama lo, ngga mau bikin lo sedih”

“tungguin gue ya Sya?”

“iya pasti Sen, gue ngga bakal ninggalin lo sampe kapanpun”

‐—

“jangan tidur malem malem ya Resya”

Resya hanya mengangguk lalu pergi ke kamar nya. Hujan turun deras malam ini. Ia duduk di lantai menghadap ke jendela besar di depannya.

Sudah satu bulan sejak Arsena pergi, meninggalkan Resya sendirian di sini sekarang. Ia merasa hampa, seperti sebagian dirinya hilang.

Sosok Arsena masih ada didalam hati dan pikiran Resya, dan mungkin tidak akan pernah hilang. Sena sudah menjadi pusat kehidupan Resya, namun ia telah pergi.

Jika hujan kala itu ia masih berdua dengan Arsena, hujan kali ini ia sendirian. Ditemani dengan cahaya bulan yang bersinar redup malam ini. Resya merindukan Sena, amat sangat merindukan kehadiran laki laki ceria itu sekarang.

Ia ingin mendengar candaan demi candaan yang selalu keluar dari mulut Arsena. Ia ingin menyiapkan 3 tablet obat dan segelas air putih untuk Sena. Ia ingin membuatkan laki laki itu makanan favoritnya. Ia ingin mengantar Sena pergi ke rumah sakit untuk menemui dokter setiap tanggal 15. Terlebih lagi, ia ingin Arsena di sisinya saat ini juga.

Nyatanya Tuhan lebih sayang pada Arsena. Tuhan tau Arsena sangat menderita di dunia karena penyakit yang terus menguasai tubuhnya. Arsena diambil pulang oleh penciptanya agar ia tidak perlu menahan rasa sakitnya lagi.

“Lo lagi apa disana Sen? Udah ngga minum obat lagi dong pastinya” Resya berbicara sendiri, ia menitikkan air matanya.

“Kangeeen banget gue sama lo, udah lama banget ngga ketemu. Gue pengen denger suara lo, pengen peluk lo, bentar lagi gue udah 19 tahun lho Sen” Resya tersenyum lebar dengan berlinang air mata.

“Sorry ya Sen, gue belum bisa bahagia kaya yang lo suruh waktu itu sebelum lo pergi. Gue masih belum terbiasa ngga ada lo di samping gue sehari harinya”

“Gue janji gue bakal bahagia, tapi ngga tau kapan”

“I love you Arsena Pradipta”

“See you on the other side, let's meet in another life. Jadi pacar gue lagi ya Sena nanti”

“gue pulang dulu ya, bentar lagi ada rapat lewat zoom” pamit Sherra kemudian pergi.

“iya gue nyamperin Alex dulu deh, tuh anak ntar protes anying kalo ditinggal”

“gue ikut Chell, si Bintang soalnya lagi sama Alex”

“yaudah yok, kuy Ca” ajak Rachel.

“oh lo duluan deh beb, gue mau ketemu Reynand”

“buciiiin, yaudah byee” pamit Rachel dan Jeje. Tidak lama Reynand terlihat berjalan ke arah mereka, “tuh orangnya noh, gue cabut ye”

“haiii” sapa Reynand melambaikan tangannya pada Bianca sambil tersenyum lebar. Ia selalu begitu ketika melihat Bianca.

“haloo, latihan jam berapa nih nanti?” tanya Bianca lalu menggoyang goyangkan jari Reynand seperti anak kecil yang menggandeng ayahnya.

“setengah jam lagi sih” jawab Reynand. Mereka berdua lalu duduk di bench taman sekolah. “okay tell me about yesterday, was it good or bad???”

Ekspresi wajah Bianca berubah, “i dont want to make you worried about me” Bianca memandang Reynand, “but i had a bad day yesterday Rey”

Reynand menggenggam tangan kiri Bianca, berusaha untuk membuatnya nyaman “it's okay, just tell me”

Bianca menghela nafas pelan, “jadi waktu kemaren lo ngga ada buat ngurus lomba, i was having lunch at the canteen sama Jeje Rachel, and then beberapa orang duduk di sebelah meja kita”

“mereka lagi ngomongin story lo yang ngefoto gue di cafe waktu itu, mereka bilang katanya gue ngga gitu cantik padahal muka gue ngga keliatan” Bianca terkekeh pelan, meskipun tidak ada yang lucu.

“okayy, i see” Reynand mengangguk paham, “teruss?”

“yaudah terus sebelum gue ke kantin, gue di chat sama Eva”

“dia bilang bakal mampir sesekali ke rumah mulai besok sampe dua minggu kedepan, ini bikin kepikiran sih. Maksudnya Eva kan ngga terlalu suka sama gue, gue juga ngga mau dia ada di rumah even dia cuma di teras depan”

“and when i got home yesterday, gue tengkar sama papa” Bianca menunduk kebawah.

“awalnya cuma argumen biasa, tapi akhirnya dia teriakin gue tepat di depan muka gue kaya biasanya”

“terus” Bianca menahan air matanya.

“apa? kenapa?” Reynand menatap kedua mata Bianca yang berkaca kaca. Ia khawatir, sangat khawatir.

“dia main fisik lagi” Bianca meneteskan air matanya.

Mendengar ucapan Bianca barusan membuat hatinya hancur. Reynand bisa membayangkan apa yang terjadi kepada Bianca semalam, “it's okay, ngga usah dilanjutin Ca” Reynand membenarkan posisi duduknya, “mana yang kena pukul?” Reynand merendahkan badannya agar bisa memandang wajah Bianca dengan jelas.

“cuma bibir kemaren luka, tapi udah nggapapa kok” Bianca tersenyum kecil.

“mama juga kemarin telfon malem malem”

“really?? terus gimana?”

“sama aja, dia malah nyeritain tentang kegiatannya seharian”

“she told me about her son yang baru aja masuk pre school dan keliatan seneng banget” Bianca mengelap air matanya yang jatuh di pipi.

“gue langsung matiin callnya, soalnya kaya buat apa gitu? she never cared about me meskipun sering nelfon”

“i don't know, kemaren sedih banget terus kecewa aja jadi perasaan gue campur aduk banget”

“lo ngga mau ngomong ke mama tentang bokap lo? soalnya menurut gue udah kelewatan, kalo ngga gue aja gapapa” tanya Reynand.

“gue ngga mau mereka tengkar lagi Rey, kehadiran gue di rumah aja udah ngga ada artinya buat papa”

“apalagi kalo tengkar sama mama, gue malah makin dikasarin lagi sama dia”

“gue masih bisa nahan kok” Bianca lagi lagi tersenyum kecil, menahan air matanya untuk tidak keluar lebih deras lagi.

Reynand menghela nafas kesal lalu berdiri, “sini, you have to recharge your energy because you cried a lot last night” Reynand merentangkan tangannya, “sini peluk”

Bianca bangkit dari duduknya lalu membalas pelukan Reynand. Ia merasakan ketenangan yang selama ini belum pernah ia dapatkan. Air matanya terus mengalir, namun ia merasa lebih baik.

“just stay like this for a while ya Ca” Reynand mengelus punggung Bianca, “thankyou ya udah mau ngebagi cerita, ngebagi sedih nya sama aku”

Reynand berjalan mengendap endap, “halo” panggilnya dengan suara sedikit lantang. Ia lalu mengacak pelan rambut perempuan di sebelahnya, “eh hai” jawab Bianca kaget.

“kaget tau”

“heheheh” laki laki bertubuh tinggi semampai disamping Bianca itu hanya cengengesan, “ntar pulang bareng gue yaa?”

“okee, lo ngga latihan tapi?”

“engga harusnya” jawab Reynand lalu memasukkan kedua telapak tangannya kedalam kantong celana, “tapi kalo aku latihan, kamu nungguin aku mau ngga?”

“mau dong, sekalian nyeritain yang kemaren lo tanyain” jawab Bianca sedikit gelagapan karena Reynand tiba tiba menggunakan aku kamu.

“oh iya ituu ya, can you please tell me sekarang ajaa??”

“kenapa harus nanti?” Reynand menoleh memandang Bianca.

“yakali nanti” Bianca juga menoleh ke arah Reynand, namun dengan cepat ia memandang ke depan lagi. Takut salting.

“ya gapapa sekarang ajaa kenapaa sih CacAAaaa?” Reynand menyisakan huruf A yang panjang pada akhir ucapannya.

“ya nanti aja ReynaaAaand” jawab Bianca mengikuti gaya bicara Reynand, membuat pacarnya ikut gemas.

“kalo gini boleh?” Reynand mengalungkan tanganya ke pundak Bianca sambil tersenyum jahil.

Dengan cepat Bianca memindahkan tangan Reynand dari pundaknya, “no, ntar digibahin” jawab Bianca sambil tertawa kecil.

“itu iri namanya” ujar Reynand dengan pedenya, “cowo cowo iri sama gue, bisa dapetin BIANCA OLIVIA WIJAYAA” seru Reynand seperti ber orasi di tengah lapangan, membuat Bianca tertawa geli.

“gue kira lo bakal bilang kalo cewe cewe iri gue pacaran sama cowo ganteng”,

“itu juga termasuuuk” ujar Reynand lalu mereka berbelok ke kiri masuk kelas.

“HELLO WASSAP!” sapa Reynand begitu masuk ke kelas.

“anjay, udah berangkat bareng aja nih berdua” sahut Alex sambil kipas kipas di bangkunya.

“oh lo berdua berangkat bareng?” tanya Rachel pura pura tidak tau.

“engga, cuma ketemu di tangga tadi” jawab Bianca lalu duduk di bangkunya.

“kenapa ngga bareng aja deh lo?” sambung Jeje seperti mengintrogasi maling.

“ada bokap, ketauan ntar ngga enak”

“GUYS JAMKOS” Andra, sang ketua kelas memberikan pengumuman.

Sherra yang daritadi tiduran di meja langsung bangun, “HAH DEMI APA?”

“iya, Bu Ayu lahiran”

Reynand berdiri dari bangkunya, “MARI KITA BERSYUKUR BERSAMA SAMA”

“SEMOGA CUTI NYA LAMA” tambah Alex.

“aminnn”

“SEMOGA NGGAK BALIK LAGI”

“heh mulut lo!” tegur Rachel.

“EH NGGAK MAKSUDNYA BIAR ADEK BAYINYA SEHAT TERUS NGGAK BALIK RUMAH SAKIT LAGI”

“aminnnnnn”

“DJ AYO PUTER LAGU” pinta Rian, anak sekelas di XII IPS 1 pada Bintang yang kebetulan duduk di meja guru dekat speaker.

“aseek, ayo lagu apaa nieeee”

“terserah, yang jedug jedug dehh”

“buah mangga buah nanas, jangan panas lihat dia sama yang lainnya” Reynand mengeluarkan pantun.

“aduaduaduaahhhh” tambah Alex lagi.

“ga nyambung sih, tapi bodoamat SLEBEW” Bintang kemudian memutarkan lagu dari DJ Snake dan cowo cowo di kelas langsung berjoget joget seperti sedang dugem.

“kaya kerasukan anjing” Sherra geleng geleng kepala.

“udah biasa anjir kalo ada trio gila di kelas pasti jadi gila sekelas” jawab Jeje.

“kantin gk sihhh, gue laper” ajak Rachel.

“ayo deh, bosen juga masa jamkos cuma dikelas” ujar Bianca menyetujui ajakan Rachel.


“lo gimana ditembaknya Ca?”

“gue?”

“iya anjir siapa lagi”

“ehhehe” Bianca terkekeh pelan lalu menceritakan bagaimana Reynand saat itu menyatakan perasaannya kepada Biancam

“jir, vibes nya dapettt banget sumpahhhh” Rachel terkagum mendengar cerita Bianca.

“iya anying mana waktu malem sambil dengerin lagu lagi” sambung Sherra.

“FAKKKK GUE KALO GINI JADI PENGEN PUNYA PACARRR”

“ssttt Chel anjir kenceng banget”

“terus terus kalo lo Je?”

“klasik banget sih, cuma waktu itu gue lagi call kann malem malem”

“WEDEEEHH, TERUS”

“dia nyanyi nyanyi pake gitar terus DUAR gue ditembak”

“sama aja jir tetep romantisssss” Rachel dibikin mleyot karena cerita percintaan kedua temannya.

“jir Chel suara lo ngakak banget” Sherra ikut tertawa garaa gara Rachel.

oh lo tadi nebeng Rey ke sekolah ya?

iya

Rachel dan Jeje langsung liat liatan. Naya dan Arin jelas jelas ingin membuat Bianca mendengar pembicaraan mereka.

“you better ask Reynand sih Ca, gue tadi liat soalnya di parkiran mereka baru aja dateng goncengan” ujar Jeje.

“oh iya?” tanya Bianca tidak percaya, maksudnya kenapa Reynand nggak bilang?

“ah oke, ntar gue pasti nanya kok” jawab Bianca lalu mengangguk pelan.

“i think it's kinda weird” tambah Sherra, “Reynand nggak bilang apa apa ke elo dong berarti?”

“belum bilang sih”

“LAHHH?”

Arga memasuki rumah bertepatan dengan Bianca yang barusaja menuruni anak tangga terakhir. Ia berpura pura memainkan hpnya, sedangkan Arga hanya melihat anak nya sekilas lagu sibuk dengan urusannya sendiri. Bianca menuju dapur membuat minuman dingin dan mengambil beberapa camilan dan berjalan ke tangga untuk naik ke kamarnya.

“Papa ngga peduli kamu iyain atau engga, tapi akhir bulan nanti papa bakal tunangan sama Eva” ucap Arga cuek. Bianca yang awalnya mau menaiki tangga kembali ke bawah lagi.

“well congratulations udah berhasil bikin keluarga ini rusak” ujar Bianca, “tell that to Eva” jika biasanya Ia cenderung tunduk kepada papanya, kali ini ia mencoba untuk melawan karena sudah lama Bianca diam.

“don't make me angry, papa capek”

Bianca terlihat berkaca kaca. Padahal dirinya yang lebih capek selama ini. Bertahan di dalam rumah besar dengan seorang ayah yang kasar dan seenaknya sendiri itu tidak mudah.

“justru Bianca yang capek selama ini pa” suaranya bergetar. Ia adalah tipe orang yang gampang menangis jika sudah marah dan kecewa. “papa peduli ngga? engga sama sekali”

“ngelawan mulu jadi anak!” bentak Arga membuat Bianca kaget.

“selama ini yang ngga nurut siapa?” Arga mendorong badan Bianca, “yang selalu ngelawan siapa?”

“kamu!” Arga mendorong tubuh anaknya sekali lagi hingga botol minuman dan makanan yang dibawanya jatuh ke lantai.

Air mata dari kedua mata Bianca mengalir ke pipinya, “terus kenapa papa nerima keputusan pengadilan buat ngasih hak asuh aku ke papa?” tanya Bianca balik dengan penuh tekanan, “KENAPA?!”

plak

Satu tamparan mendarat di pipi kanan Bianca. Ia meringis begitu rasa perih menjalar di sekitar pipinya. Arga mendekatkan badannya ke arah anaknya dan menyeringai, “mau tau kenapa?”

“perusahaan yang sudah dari dulu papa pimpin ini sama kakek kamu diatasnamakan pake nama kamu tau nggak?!” teriak Arga tepat didepan wajah Bianca.

“papa bakal miskin kalo suatu saat kamu yang ambil semuanya!”

Bianca semakin menangis, “jahat” hanya itu yang ia ucapkan, suaranya semakin parau karena tangisnya.

“BERANINYA KAMU NGOMONG JAHAT PADAHAL SEMUANYA KAMU BERKECUKUPAN DISINI! SEKOLAHMU MAHAL TAU NGGA?!” bentak Arga lalu menarik kerah hoodie Bianca, ia kemudian melayangkan tinjuan di wajah anaknya.

Bianca langsung jatuh tersungkur ke lantai. Sudut bibirnya berdarah. Ini sudah beberapa kali terjadi.

“nggak usah berani sama papa, TAU DIRI LAH SELAMA INI YANG NAFKAHIN SIAPA!” Arga menjambak rambut Bianca.

“s-sakit pa” Bianca kesulitan berbicara menahan rasa sakit di kepalanya dan bibirnya.

“sakit? makanya orangtua ngomong ngga usah ngelawan!” Arga melepaskan tangannya dari rambut Bianca dan berdiri mengambil hpnya karena ada panggilan masuk. Ia akhirnya pergi ke ruang kerjanya meninggalkan Bianca yang tersungkur di lantai sambil merintih kesakitan.

Ia perlahan bangkit meskipun kakinga bergetar, berjalan tertatih tatih naik ke kamarnya. Rasanya begitu sakit harus mengalami semuanya seorang diri.

Berusaha untuk tetap kuat dan tersenyum bukanlah hal yang mudah buat Biancam Namun jika teman temannya tau masalah dan kondisinya seperti ini pasti akan menambah beban pikiran mereka. Karena Bianca tau jika Jeje, Rachel, dan Sherra memiliki masalah masing masing.

Bianca terduduk di bawah tempat tidur dan memeluk kedua lututnya, ia menangis sejadi jadinya. Menahan sakit dan kekesalannya.

Tiba tiba hpnya berbunyi ada telfon masuk.

mama

Ia menghapus air matanya dan mengatur nafasnya, sebelum akhirnya menerima panggilan itu.

“mama” Bianca menyapa Vivianne, mamanya dari telfon.

halo Bianca anaknya mamaa” sapa Vivianne balik dengan nada yang begitu ceria.

sorry yaa baru nelfon sekarang

Bianca menahan suara tangisnya, ia semakin sedih ketika mendengar suara mamanya.

what's the time there?? i think it's already evening right?

disini malah baru jam 9 pagi tau, i've just sent Eden to school” Vivianne bercerita dengan penuh semangat.

“Bianca lagi nangis ma” ujar Bianca, “gara gara drakor sih hehehehe” sambungnya dengan suara tertawa yang dipaksakan.

“how are you?”

fineee, very very fine” jawab Vivianne.

mama lagi repot di office lately, and guess what? today is Eden's first day in preschool! he is so cute, i'll send you the picture

Bianca menutup telfon. Rasa nya semakin sakit melihat mamanya yang bahagia dengan keluarga kecil barunya sementars ia disini sedang tidak baik baik saja. Bahkan Vivianne tidak menanyakan kabar anak perempuannya itu.