“pengumuman ranking bisa dilihat oleh para siswa setelah pengumuman ini disampaikan. Daftar ranking 12 IPA berada di mading depan teachers room sedangkan 12 IPS ada di mading dekat tangga lantai dasar. Bagi siswa IPA maupun IPS yang berada di bottom 10 wajib untuk mengikuti extra class setiap hari Sabtu pukul 8.00, terimakasih“
“anjir jadi deg deg an gue” ujar Bintang setelah pengumuman dari speaker selesai diberitahukan.
“gue juga tiba tiba mules” Alex memegangi perutnya.
“Bu, pengumumannya bisa dilihat sekarang?” tanya Andra sang ketua kelas kepada Bu Ayu. Semua perhatian murid murid kelas berpindah ke Bu Ayu, mereka menunggu jawaban Bu Ayu.
“iya bisa, jangan dorong dorongan ya tapi”
Reynand berbalik badan ke bangku Bianca, “yuk liat sekarang?”
“yuk” Bianca mengangguk maum
Akhirnya seluruh anak kelas 12 IPS 1 keluar dari kelas untuk melihat ranking mereka masing masing.
“udah ngga usah gugup” Bintang memijat pelan pundak Jeje, “everything will be fine”
Jeje sebenarnya cukup khawatir, tapi ia tetap membalas Bintang dengan senyuman.
Siswa dari kelas sebelah sebelah sudah berkumpul di depan mading. Kini Bianca dan yang lainnya tidak bisa melihat ke arah mading karena terlalu banyaknya siswa yang bergerombol, “gantiaaan dongg gaiis” seru Reynand agar teman temannya yang lain bisa minggir sedikit namun usahanya sia sia.
“permisiiii gue mau liat ranking gue woiii” Alex juga berusaha untuk menembus kerumunan tapi gagal, “anjir ngga bisa liat ini rame banget” ujar Sherra sambil jinjit jinjit untuk melihat ke mading.
“sini gue gendong aja” Alex merendahkan badannya, “Bin lo naik sini”
“nahh bentar” Bintang lalu menumpangi pundak Alex. Setelah Bintang naik, baru terlihat jelas daftar ranking yg tertempel di madingnya.
“Reynand,” Bintang menyebutkan nama Reynand pertama, “lo ranking 10 Rey anjrit” Bintang membacakan ranking Reynand.
“yesss” Reynand senang setelah mengetahui rankingnya, “ini se IPS kan ya gue ranking 12?”
“iya se IPS” jawab Rachel. Reynand bersorak kegirangan.
“Rachel ranking 20 lo Chel”
“YESSS NAIK 10 GUE ANJIR” Rachel memeluk Jeje di sebelahnya.
“Sherra lo ranking 5 BUSETTTT”
“Caca lo ranking 8”
“Bin ayo Bin buruan , gue pegel sat” protes Alex di bawah sana yang sudah kelelahan menahan punggung Bintang, “bentar bentar”
“lo ranking 17 Al, gue 18”
“YEEESSS”
“jangan goyang goyang anjing gue jatoh ntar” Bintang sempat kehilangan keseimbangan karena Alex goyang goyang.
“Je lo keren banget ranking 2!”
“NAHH TUHH KEREN TUHH, APAA GUE BILANG” Rachel mempererat pelukannya pada Jeje. Yang dipeluk juga akhirnya lega mendapat ranking yang memuaskan dan masuk big three.
“pelukaan gasiiihhh” celetuk Alex setelah mereka bertujuh sudah mengetahui rank masing masing.
“biar apa anying” tanya Rachel
“biar kaya circle goals” Alex menaik turun kan alisnya.
“yaudah ayok sini sini” Bianca merangkul pundak Sherra dan Reynand yang berada di sebelahnya. Bintang, Jeje, dan Rachel merangkul satu sama lain dan akhirnya mereka berpelukan seperti teletubbies.
“gini doang nih?”
“ayo volunteer ngasih kata kata motivasi” sahut Reynand.
“buat lo satu satu” Bianca membuka suara, “lo semua keren banget serius deh, ini baru hasil mid term test tapk udah tinggi banget rank kalian”
Satu persatu dari mereka bertujuh tersenyum tipis. Mereka sangat hebat sudah bisa mencapai ranking yang bisa dibilang tinggi. Jurusan IPS terdapat 4 kelas dengan total murid 90 siswa dan tidak ada satu pun dari mereka yang berada di bawank ranking 20
“kedepannya, gue pengen kita masing masing level up dalam segi apapun ya” sambung Bianca, “SEMANGAT?”
“SEMANGAT!!!” seru mereka bertujuh dengan penuh keyakinan.
“setiap abis liat nilai kita pelukan gini terus ya, biar kaya circle goals kata Alex” ujar Bianca.
“ngga masalah sih gas aja” Bintang mengangguk setuju, “asal gue ngga pelukan berdua sama sebelah gue aja” Ia melirik ke arah Alex yang juga meliriknya.
“iya bener, kadang gue ngeri sama Alex” sahut Reynand sambil tertawa.
“gue juga ngeri sebenenya, tapi tetangga sendiri jadi kasian” sambung Rachel yang ikut ikutan menggodai Alex.
Ditengah tengah pembicaraan mereka, Miss Gita menghampiri Bianca dengan raut wajah datar, “Bianca Olivia?” tanya guru bagian kesiswaan tersebut.
“iya miss?”
“ikut saya ke teachers room sebentar, ada yang perlu saya bicarakan dengan kamu”
“duduk sini” Miss Gita mempersilahkan Bianca untuk duduk di kursi depan meja guru miliknya. Ia kemudian duduk di kursi kerjanya.
“jadi gini ya Bianca, saya ingin membicarakan soal rapot kamu” ujar Miss Gita secara to the point.
“iya, rapot saya ada masalah apa ya Miss?”
“sudah dua kali ini rapot kamu selalu tidak ada yang ambil, apakah memang tidak mau mendapat hasil nilai?” tanya Miss Gita ketus.
Bianca merasa tersinggung dengan pertanyaan Miss Gita, namun ia mencoba untuk bersikap sopan, “sebelumnya sorry Miss kalo rapot saya udah dua kalo ngga ada yang anbil, tapi emang orangtua saya ngga ada yang bisa ke sekolah”
“don't you have any relatives yang setidaknya bisa meluangkan waktunya buat ambil rapot kamu? ini penting loh” tanya Miss Gita sewot, “kamu tau kan rapot itu perlu ada tanda tangan wali murid? kalau orangtua mu saja tidak datang waktu rapotan, apa bisa rapot kamu ada tanda tangannya?”
Guru guru di teachers room yang awalnya fokus dengan urusan mereka masing masing jadi menoleh me arah meja Miss Gita. Mereka penasaran apa yang sedang dibicarakan. Tidak lama kemudian Satria masuk ke dalan ruang guru. Ia berniat untuk memanggil salah satu guru karena waktu mengajarnya tiba, namun perhatiannya teralihkan karena melihat Bianca.
“apa jangan jangan kamu tidak pernah memberikan surat edaran rapotan ke mama atau papa kamu?”
“orangtua saya sudah pisah setahun lalu miss” jawab Bianca cepat karena Ia kesal dengan Miss Gita yang seenaknya sendiri dan terlalu kepo.
“mana sekarang ada di Amerika, papa saya hampir ngga pernah ketemu saya meskipun kami serumah karena sibuk kerja”
“edarannya juga selalu saya taruh di meja kerjanya papa miss”
“saya harap Miss Gita bisa ngerti kondisi saya” penjelasan panjang Bianca membuat Miss Gita terdiam sejenak.
“tetap saja ya Bianca, saya mau besok ada yang ambil rapot kamu”